Pagelaran

Modal Sosial, Kunci Seni Tradisional Bertahan

pada

BANTUL (KRjogja.com) – Festival Bregada Rakyat diharapkan benar-benar jadi momentum mendorong masyarakat melestarikan kesenian  keprajuritan. Bukan sekedar sebuah seremonial, tanpa  tindak lanjut berikutnya. Festival ini mesti dijadikan tonggak menjaga kelestarian kesenian itu bertahan di tengah gempuran modernisasi. Festival bregada diselengarakan Minggu (30/10/2016) mulai dari halaman Masjid Agung Bantul menuju Alun-alun Paseban Bantul. Peserta festival mencapai 36 dengan melibatkan 1.612 orang itu diselenggarakan Dinas Kebudayaan DIY.

Juara 1-4 festival itu yakni, Bregada Niti Manggolo, Paksi Katon, Dandang Rekso serta  harapan 1 Bregada Putri Condrosasi Wiratama. Pemenang berhak atas trophi Sri Sultan HB X, KGPAA Paku Alam X, Danrem 072 Pamungkas serta Kepala Disbud DIY.

Sarji Sukamto dari Bregada Wira Tamtama Panggungharjo Sewon Bantul mengungkapkan, kesenian keprajuritan membutuhkan sentuhan langsung dari pemerintah. “Kesenian ini bertahan ditengah masyarakat karena dibangun bermodal sosial anggota. Kami minta pemerintah memberikan subsidi agar organisasi ini berjalan,” jelasnya.

Bupati Bantul Drs H Suharsono mengungkapkan,  memang tidak mudah menjaga kesenian berbasis masyarakat. Oleh karena itu  festival bregada kali ini jadi momentum  mengajak semua lapisan masyarakat untuk peduli menumbuhkan rasa memiliki. “Festival bregada sudah dilaksanakan, tahun depan akan saya gelar festival jathilan tingkat Kabupaten Bantul,” ujarnya.

Ketua Panitia Widihasto Wasana Putra menjelaskan, dari itu diharapkan benar-benar mampu membantu masyarakat melestarikan kesenian keprajuritan. Karena kesenian tersebut tumbuh dan berkembang dari tengah masyarakat. Aspek penilaian dari festival itu yakni, tata  jalan selama diperjalanan, busana serta keselarasan musik pengiring. Juara 1 – 4 mendapatkan uang  pembinaan Rp 8 juta, Rp 6 juta, Rp 4 juta serta 2 juta. (Roy)

Sumber: Artikel Tahun 2016 www.tasteofjogja.org

Tentang Fajar Budi Aji

Hanya seorang yang beranjak tua dan terus mencoba untuk lebih dewasa tanpa menghilangkan rasa kekanak-kanakannya. "Urip Iku Urup" dan "Rasah Wedi Dirasani Karena Hidup Banyak Rasa" Dua motto andalan inilah yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X