Seni Budaya

Desa Panggungharjo: Desa Budaya Kaya Akan Kesenian dan Tradisi

pada

Panggungharjo (Kompasiana) – Desa Panggungharjo merupakan salah satu desa di Kabupaten Bantul yang berbatasan dengan kota Yogyakarta yang merupakan ibu kota D.I. Yogyakarta. Untuk jalur utama lalu lintas antar daerah / antar provinsi, desa yang berada di Kecamatan Sewon terdapat ring road (jalan lingkar) selatan yang terletak di wilayah utara Desa Panggungharjo, juga jalan Bantul dan jalan Parangtritis. Desa ini bukan desa biasa, tapi sudah menjadi desa budaya yang ditetapkan oleh Gubernur DIY melalui Surat Keputusan DIY Nomor 262/KEP/2016 tentang Penetapan Desa/Kelurahan Budaya.

Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul telah melewati proses yang panjang hingga akhirnya dinobatkan sebagai desa budaya bersama 56 desa lainnya di DIY.  Berawal dari pengajuan proposal sebagai Desa Rintisan Budaya pada akhir tahun 2015. Warna-warni tradisi yang ada di Desa Panggungharjo diklaim cukup lengkap terutama tradisi kebudayaan jawa. Menimbang adanya potensi budaya yang cukup tinggi, pada tahun 2016 desa ini diakreditasi oleh Dinas Kebudayaan DIY dan mendapatkan nilai tertinggi se-DIY sebagai desa budaya.

Desa budaya Panggungharjo terdiri dari 14 Pedusunan / Pedukuhan yaitu Garon, Cabeyan, Ngireng-ireng, Geneng, Jaranan, Glondong, Pandes, Sawit,Pelemsewu, Kweni, Glugo, Dongkelan, Krapyak Kulon, dan Krapyak Wetan. “Lahirnya Desa Panggungharjo ini pada 24 Desember 1946, jadi satu tahun setelah kemerdekaan Indonesia. Sebenarnya Panggungharjo itu terdiri dari 3 kelurahan yaitu Kel. Krapyak, Kel. Prancak, dan Kel. Cabeyan, lalu kelurahan itu dijadikan satu pada tahun  1946 menjadi Desa Panggungharjo,” kata Fajar Budi Aji sebagai staff Sistem Informasi Desa (SID) Panggungharjo.

Banyak event / acara budaya atau kesenian yang kerap diselenggarakan di Desa Panggungharjo. Beberapa diantaranya digelar oleh masyarakat sendiri maupun bekerja sama dengan masyarakat atau organisasi dari luar desa seperti workshop seni rupa dan seni musik oleh Difabel Community dan pelatihan membuat film dari Dinas Kebudayaan DIY.  Semua event yang digelar adalah gratis untuk umum terutama bagi warga Panggungharjo. Tidak hanya melibatkan warga desa Panggungharjo saja, namun event yang diselenggarakan bisa melibatkan warga dari luar desa bahkan dari wilayah Kabupaten Sleman dan mahasiswa dari kota Jogja.

Seperti yang tertera di laman Pemerintah Desa Panggungharjo, keberadaan Desa Panggungharjo tidak bisa dipisahkan dari keberadaan “Panggung Krapyak” atau oleh masyarakat sekitar disebut sebagai “Kandang Menjangan”, yang berada di Pedukuhan Krapyak Kulon Desa Panggungharjo. Sebagaimana diketahui bahwa Panggung Krapyak merupakan salah satu elemen dari ‘sumbu imajiner’ yang membelah Kota Yogyakarta, yaitu garis Gunung Merapi – Tugu Pal Putih – Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat – Panggung Krapyak dan Parangkusumo yang berada di pantai selatan.

Desa Panggungharjo kaya akan sanggar seni diantaranya Sanggar Anak Saraswati, Sanggar Tari Klasik, Sanggar Jathilan, Sanggar Karawitan, Orkes Tradisi, Kethoprak, Kesenian Jolelo (kethoprak dengan iringan sholawatan), sholawatan jawi, Sanggar Keroncong dan masih banyak lagi. Selain itu ada pula Bregada Wiratamtama, Hadroh, Wayang Kulit, Macapat, Kerajinan Blangkon, Batik, Industri Gamelan, Kerajinan Tenun Lurik, Kampung Dolanan dan situs peninggalan sejarah. Perayaan hari-hari besar biasanya banyak menampilkan sanggar-sanggar atau kelompok seni, misalnya saat acara Gelar Budaya biasanya dilakukan Kirab dengan melibatkan pedukuhan-pedukuhan yang ada di Desa Panggungharjo. Setiap pedukuhan menggunakan atribut yang unik serta beragam sehingga menarik perhatian masyarakat untuk melihatnya

Tidak hanya kesenian tradisional jawa, pada tahun 1980 Desa Panggungharjo yang merupakan wilayah sub-urban mulai berkembang Budaya Modern Perkotaan dan banyak mempengaruhi Generasi Muda, sehingga berkembang juga kesenian modern seperti kesenian Band, Drumband, Karnaval Takbiran, Tari-tarian Modern, Campur Sari, dan lain-lain. Dalam satu bulan, desa Panggungharjo bisa mengadakan 5 sampai 6 kali event pertunjukan budaya. Menurut Aji, upacara siraman, mantenan atau pernikahan dengan adat jawa juga termasuk dalam gelaran budaya bagi Desa Panggungharjo.

Menjadi Desa dengan Banyak Prestasi

Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul adalah desa yang cukup banyak meraih prestasi yang membanggakan. Prestasi-prestasi tersebut sebagian besar diraih dari berbagai perlombaan tingkat kecamatan, kabupaten hingga nasional. Desa Panggungharjo kerap mendapatkan juara pertama seperti pada Lomba Desa Tingkat Kabupaten Bantul tahun 2014, Perlombaan PETANI BERPRESTASI tingkat Kabupaten Bantul tahun 2014, Lomba HATINYA PKK Tingkat Kabupaten Bantul tahun 2013, Lomba Gugus PAUD Tingkat Kabupaten Bantul tahun 2013, Lomba Satuan Paud Sejenis (SPS) Tingkat Kecamatan Sewon tahun 2013, dan Lomba Keterpaduan Posyandu-PAUD dan Bina Keluarga Balita (BKB) Tingkat Nasional tahun 2013. Desa Panggungharjo juga pernah menjadi nominator penerima Eagle Award tahun 2014 untuk Kampung Dolanan.

Bahkan dua tahun sebelum Desa Panggungharjo ditetapkan sebagai desa budaya oleh Dinas Kebudayaan DIY, Desa Panggungharjo pernah meraih juara pertama Lomba Desa Tingkat Nasional, mengalahkan sekitar 72.000 desa lainnya di Indonesia pada tahun 2014. Indikator penilaian dari tim penilai adalah bagaimana desa tersebut mengelola fasilitas, sarana dan prasana di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, keamanan dan ketertiban serta pemberdayaan kesejahteraan keluarga pada masyarakat desa.

Saat ini desa Panggungharjo masih kerap mengadakan event kebudayaan. Namun desa ini juga sedang fokus dalam penataan lembaga agar lebih kokoh, serta pembangunan balai budaya dikarenakan desa Panggungharjo belum memiliki balai budaya. Balai budaya ini dibangun berkat dana hibah dari Dinas Kebudayaan DIY yang nantinya balai budaya ini akan berguna sebagai tempat untuk menggelar event kebudayaan dan tradisi. (*pr)

Sumber: Artikel tahun 2017 kompasiana.com

Tentang Fajar Budi Aji

Hanya seorang yang beranjak tua dan terus mencoba untuk lebih dewasa tanpa menghilangkan rasa kekanak-kanakannya. "Urip Iku Urup" dan "Rasah Wedi Dirasani Karena Hidup Banyak Rasa" Dua motto andalan inilah yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X