Buku

Body Image

Oleh

pada

Pengetahuan lokal tentang  peran perempuan, mulai dari remaja sampai menjadi ibu rumah tangga, yang syarat dengan perspektif kesetaraan gender sering kali digagas oleh para pegiat gender. Tetapi beberapa gagasan baik maupun praktik baik, yang bersifat pengetahuan lokal jarang sekali didokumentasikan dengan rapi menjadi karya tulis berbentuk buku. Bagi Panggungharjo Creative Library (PCL) yang konsen terkait pengetahuan lokal Desa Panggungharjo, berusaha menghimpun tulisan dari salah satu penulis remaja putri, yang bernama Shayra Alifyana Hafidz menjadi sebuah buku yang berjudul Cantik Luar Dalam: Kontemplasi Pemikiran Remaja dalam Kaca Mata Perempuan. Saat ini, ia aktif di organisasi Karang Taruna Padukuhan Krapyak Kulon dan saat ini manjadi ketua PIK-R Padukuhan Krapyak Kulon.

Beberapa tulisannya menjadi sebuah kontemplasi pemikiran remaja dalam kaca mata perempuan. Dan menurut saya beberapa tulisannya layak untuk menjadi referensi remaja millenial perempuan saat ini. Ada  empat tema, yang seringkali dijumpai remaja dan akrab dengan mereka, dan probematika yang dihadapinya serta bagaimana solusi alternatif pemecahannya. Berikut tulisan original Shayra, yang saya terima dan tidak ada proses editing dari awal hingga akhir tulisan ini.

Kekakuan aturan yang membentuk suatu lingkungan tentang bagaimana idealnya bentuk tubuh seseorang melahirkan perspektif baru mengenai apa itu body image. Asosiasi Psikologi Amerika mendefinisikan body image sebagai gambaran mental seseorang yang membentuk tubuhnya secara keseluruhan termasuk karakteristik fisiknya dan sikap seseorang terhadap karakteristik ini. Menurut Thompson dkk., body image secara luas diartikan sebagai penilaian subjektif tentang penampilan seseorang. Berdasarkan dua definisi di atas didapat kesimpulan bahwa body image merupakan suatu cara pandang mengenai penampilan yang mempengaruhi mental dan sikap seseorang dalam mempersepsikan tubuhnya sendiri secara subjektif.

Body image atau citra tubuh adalah salah satu bahasan yang menarik ketika memasuki dunia remaja. Topik ini penting dibicarakan karena bisa berdampak pada kurangnya selfesteem (harga diri), kecemasan berlebih terhadap bentuk tubuh, penekanan perhatian berlebih kepada berat badan, bentuk, dan ukuran tubuh, kesehatan mental, hingga gangguan makan (eating disorders) pada remaja.

Konflik Pada Remaja

Tumbuh dan berkembang pada masyarakat plural tentu harus saling menyesuaikan apalagi soal standar yang berlaku pada masyarakat tersebut. Memahami definisi cantik/tampan antara orang satu dengan yang lain tentu tak sama. Tetapi ada satu aturan tak tertulis bahwa pendapat yang diutarakan secara mayoritas bisa mengubah norma/standar yang berlaku pada masyarakat.

Standar cantik, umumnya yang mempunyai privilege berkulit cerah, tubuh langsing yang dipilih sehingga mereka yang tidak termasuk harus pintar-pintar mengakali bagaimana caranya supaya fit  into the standards. Mereka yang tidak termasuk dalam standar masih punya privilege apabila mempunyai akses terhadap instrumen yang membuat ‘cantik’. Mereka yang belum mampu afford dan tidak terlahir dengan privilege di atas biasanya akan berkonflik pada diri sendiri, merasa diri beda sehingga tidak layak mendapat praise dari orang lain.

Hal di atas rupanya tak terlepas juga dari faktor eksternal yang bisa mempengaruhi body image, salah satunya yakni media (televisi, media sosial, media massa). Gambar yang di unggah pada media dipenuhi orang-orang yang menampilkan versi terbaik mereka sendiri. Media, terutama media sosial, kemudian terus-menerus menyajikan konten untuk merusak body image seseorang dengan berusaha mengekspos algoritma dengan tipe tubuh ideal yang sesuai standar yang beredar di masyarakat.

Remaja yang 90% kegiatannya didominasi digital tentu tak lepas dari paparan tersebut. Dalam hal ini remaja perempuan maupun laki-laki mempunyai kerentanan yang sama untuk insecure terhadap exposure yang disajikan di media sosial. Lalu mengapa hanya perempuan saja yang kelihatannya mempunyai isu body image? karena pada kasus laki-laki, in general, secara sederhana adalah malu. Sebuah studi tahun 2013 berjudul ‘The Relationship Among Body Image, Masculinity, and Sexual Satisfaction in Men’ menunjukkan bahwa 95% laki-laki merasa ada beberapa bagian di tubuhnya yang membuat mereka tidak puas.

Laki-laki lebih tidak mau mengekpresikan perasaannya daripada perempuan. Standar maskulin yang tercipta di masyarakat menciptakan kesan seolah laki-laki adalah subjek kaku yang bahkan untuk menangis saja rasanya masih tabu apalagi untuk mengekspresikan bentuk ketidakpuasannya terhadap body image mereka.

Perempuan lebih memperhatikan masalah fisik. Hal-hal seperti perawatan tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki akan mereka lakukan kalau merasa tidak puas dengan tubuhnya. Juga ketika mereka merasa minder, secara langsung akan mengutarakan perasaannya tersebut.

Hubungan Body Image dan Selfesteem

Body image bekerja berdasarkan perasaan dan pemahaman masing-masing individu tentang how your body looks. Ketika seseorang kehilangan kepercayaan diri pada tubuhnya sehingga berakibat pada masalah seperti: depresi, gangguan kecemasan, hingga gangguan makan maka itu adalah salah satu pertanda lemahnya self-esteem. Berdasarkan definisi cambridge dictionary, selfesteem adalah belief and confidence in your own ability and value yang artinya keyakinan dan kenyamanan terhadap nilai dan kemampuan diri sendiri.

Merujuk pada definisi tersebut self-esteem erat kaitannya dengan penerimaan terhadap segala aspek tentang diri sendiri. Orang dengan selfesteem rendah akan merasa susah untuk nyaman kepada diri sendiri juga kepada penampilannya. Mereka cenderung berpikir bahwa segala sesuatu yang dikerjakan belum cukup bagus sehingga muncul berbagai toxic trait kepada diri sendiri sebagai respon ketidakpuasan terhadap tubuhnya.

Body image mempunyai 2 tipe yakni positif dan negatif. Seseorang yang mempunyai positive body image cenderung bisa mengelola input yang masuk ke dalam diri. Umumnya percaya diri/merasa puas pada penampilannya dan menerima diri apa adanya, lebih lanjut, mereka sadar bahwa tidak ada manusia yang sempurna dan I’m okay with that. Sebaliknya, orang dengan negative body image merasa bahwa dirinya tidak berharga, tidak percaya diri, dan tidak melihat adanya value dalam diri mereka sendiri. Contoh pada paparan di atas bisa dikategorikan sebagai negative body image karena perasaan seperti tidak percaya diri, cemas, kritik diri yang berlebih terus-menerus mengganggu mentalitas penderitanya.

Lalu apakah mempunyai selfesteem yang cukup itu penting? Penting. Sangat penting. Selfesteem penting karena membantu memberikan motivasi kepada diri sendiri untuk semangat menjalani hidup, membantu menjaga arah hidup untuk tetap positif, serta membuat diri sendiri bangga karena memberikan keberanian mencoba hal baru, kekuatan untuk percaya pada diri sendiri, dan keyakinan atas pilihan sendiri.

Gerakan Body Positivity

Pada tahun 1967 sekitar 500 orang berkumpul di Central Park, New York, Amerika Serikat untuk mengadakan protes terhadap bias yang ditujukan pada orang gemuk (overweight). Secara masif kelompok ini membakar buku diet serta membawa plang protes bertuliskan ungkapan kekecewaan kelompok ‘gemuk’ atas standar cantik yang tidak memanusiakan kelompok mereka. Melalui protes ini muncullah gerakan ‘fat acceptance’ yang menjadi jawaban atas fenomena ‘fat shaming’ pada masyarakat saat itu. Fat acceptance berfokus pada penghentian kebiasaan menilai atau mendiskriminasi seseorang berdasarkan bentuk tubuh dan berat badannya.

Dari fenomena fat acceptance, body positivity lahir. Istilah ini pertama kali berkembang di Amerika Serikat pada tahun 1996 oleh seorang psikoterapis ketika pasiennya menderita eating disorders (gangguan makan). Gerakan body positivity mulai menyebar ke seluruh dunia pada tahun 2012 termasuk ke Indonesia dengan membawa pesan bahwa all bodies are beautiful (semua bentuk tubuh itu indah). Beberapa brand besar seperti Maybelline, L’oreal, Olay, dsb., juga mendukung gerakan ini dengan tidak melakukan air brushing (biasa dilakukan untuk menciptakan kesan halus tanpa pori di kulit) pada model untuk iklan produknya.

Merebaknya gerakan ini rupanya mendapat respon yang berbeda di masyarakat. Ada banyak persepsi soal bagaimana body positivity diinterpretasikan, salah satu alasannya yakni kesalahpahaman karena ada banyak sekali arti dari gerakan ini. Body positivity bisa berarti mengapresiasi tubuh terlepas dari kekurangannya, nyaman dengan tubuh sendiri, mencintai diri sendiri apa adanya, dan menerima tubuh tanpa peduli bentuk dan ukurannya—tergantung dengan siapa berbicara.

Salah satu tujuan utama dari body positivity adalah untuk mengatasi cara body image menginterpretasikan kesehatan mental seseorang terkait tubuhnya. Mempunyai body image yang sehat dan positif berperan dalam pembentukan nilai diri, perasaan dihargai, dan membangun bonding positif ke pada orang disekitarnya.

Kampanye BTS (방탄소년단) Lewat Lagu Love Yourself

Tahun 2002, lewat drama berjudul ‘Endless Love’, Korean Wave mulai menyebar. Misi ini menjadi salah satu bentuk soft diplomacy dari Korea Selatan yang sukses besar. Di antara bentuknya yakni K-Pop (Korean Pop), K-Drama, variety show, dan makanan. Indonesia sendiri menjadi 5 besar negara terbanyak penikmat K-Pop. Genre musik K-Pop yang easy listening dan deep meaning, ditambah visual yang disajikan dalam music video menjadi daya tarik tersendiri bagi K-Popers (sebutan bagi penggemar K-Pop) di Indonesia. Beberapa grup idola begitu populer seperti Blackpink (grup idola perempuan) dan BTS (방탄소년단) sebagai grup idola laki-laki.

BTS meluncurkan album baru berjudul ‘Love Yourself’dengan penjualan fantastis sebanyak 2 juta kopi pada tahun 2018. Jumlah ini bisa bertambah mengingat mereka mempunyai fans setia yang royal dan siap mendukung di manapun dan kapanpun BTS melakukan promosi. Lewat lagu ‘Love Yourself’ BTS bersama UNICEF melakukan kampanye yang diberi judul ‘Love Myself’ dengan tujuan mengakhiri kekerasan, pelecehan, intimidasi, serta meningkatkan kepercayaan diri pada remaja.

Dilansir dari situs resmi UNICEF, kampanye tersebut telah berhasil menjangkau di hampir setiap negara dengan pesan positif tentang mencintai dan menerima diri sendiri. Sejak diluncurkan pada tahun 2017 kampanye ‘Love Myself’ telah menghasilkan 5 juta tweet dengan 50 juta suka, retweet, reply, dan komentar pada aplikasi Twitter berdasarkan analisis  dalam laporan utama UNICEF, The State of The World’s Children 2021’.

Betapa besarnya impact BTS dalam kampanye tersebut tak terlepas dari peran ARMY, sebutan untuk fans BTS. Sebanyak 60 juta pengikut di laman Instagram, 60 juta pengikut di kanal Youtube, 39 juta pengikut di Twitter, ditambah jumlah pengikut dari media sosial masing-masing member tentunya menjadi jumlah yang besar nan potensial. Pengaruh luar biasa ini tersalurkan dengan baik dalam kampanye ‘Love Myself’ seperti yang diungkapkan Direktur Eksekutif UNICEF, Henrietta Fore, yang mengatakan bahwa BTS melakukan cara yang inovatif dalam membangun percakapan pada fansnya dengan memasukkan pesan-pesan positif ‘Love Myself’ sehingga tujuan kampanye tepat sasaran.

Bagaimana Agar Bisa Lepas dari Body Image Issues?

…………….

Yuk Mencintai Diri Sendiri!

Self love menjadi kata yang populer digunakan apabila mencari artikel terkait body image. Self love bersebab akibat dengan body image sehingga kegelisahan remaja yang mengalami body image bisa diatasi dengan mempunyai selfesteem yang cukup yakni salah satunya dengan self love/mencintai diri sendiri. Seperti kata seorang penulis berkebangsaan Amerika Serikat, Marie Sexton, bahwa ‘You can’t control what others think. The only thing you can control is yourself’.. Hal-hal di luar kemampuan yang tidak bisa dikontrol lebih baik dilepaskan. Orang lain punya hak untuk berbicara sesuka hati mereka namun kita juga memiliki hak untuk mendengarkan atau membuang yang tak baik untuk diri sendiri. Yuk mulai untuk mengenal diri sendiri lalu mencintainya. Tubuh adalah anugerah Tuhan Maha Sempurna yang harus dijaga!  (JNT).

 

Narasumber:

Shayra Alifyana Hafidz, Ketua PIK-R Padukuhan Krapyak Kulon, Kalurahan Panggungharjo

Tentang Junaedi

Penulis esai. Penulis Buku Cuitan Wong Ndeso. Bekerja sebagai staf PSID, yang membawahi PCL.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X