Keluarga

Sosialisasi Pengasuhan Keluarga Berbasis Budaya Jawa

Oleh

pada

Dalam rangka mewujudkan keluarga yang religius, sejahtera, berbudaya dan modern, sebagaimana amanat  Pemerintah Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta telah menetapkan  Peraturan Daerah  DIY  Nomor 7 tahun 2018 Tentang Pembangunan Ketahanan Keluarga, maka Dinas  Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk DIY mengadakan kegiatan Sosialisasi Pengasuhan Keluarga Berbasis Budaya Jawa dengan mengahdirkan  50 orang peserta, dengan berbagai unsur  yang terdiri dari: Kader PKK, Kader BKL (Bina Keluarga Lansia), Guru/Pendidik SD, Karang Taruna, Perangkat Kalurahan dan Pendamping Anak lainnya.

Kegiatan Sosialisasi ini diadakan di Aula Kalurahan Panggungharjo, Selasa,16 April 2024 mulai jam 09.00 WIB hingga jam 13.00 WIB. Kegiatan yang diawali dengan pembukaan oleh Dinas P3AP2 DIY kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah selesai menyanyikan lagu Indonesia Raya dialnjutkan sambutan oleh Wahyudi Anggoro Hadi selaku Lurah Panggungharjo. Dalam sambutannya Wahyudi mengkritisi terkait dolanan anak dan bahasa ibu, yang mulai tercerabut dalam dunia anak yang nyata-nyata bersumber pada budaya sebagai tata nilai dari kehidupan bermasyarakat. Dalam dolanan anak terdapat 4 unsur penting: wicara (tembang/dialog), wiraga (gerakan tubuh), wirama (irama), dan wirasa (batiniah). Lebih lanjut Wahyudi mengkritisi bahwa fenomena saat ini: jangan heran jika anak tidak lagi hormat dengan orang tuanya, murid tidak hormat dengan gurunya. Karena bahasa ibu yaitu bahasa Jawa sudah mulai tercerabut dari keluarga.

Memasuki materi pertama yang bertemakan Budaya Membentuk Karakter Keluarga yang disampaikan oleh Pusat Studi Kebudayaan UGM. Narasumber menyampaikan bahwa terbentuknya karakter baik karena pembudayaan. Pembudayaan merupakan proses membiasakan suatu perbuatan yang baik sehingga berbudaya. Menurut Ki Hadjar Dewantara terdapat konsep TRIKON: Kontinuitas, Konvergenitas dan Konsentris. Kontinuitas adalah senantiasa menjaga nilai-nilai budaya para pendahulu dan melanjutkan pengimplementasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Konvergenitas adalah memberikan ruang pertemuan antara budaya kita dengan budaya manca untuk saling berdialog. Konsentris adalah budaya baru yang tercipta merupakan budaya konstruktif dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Pendidikan dan Kebudayaan saling berkaitan erat.

Materi kedua yang bertemakan Pengasuhan Anak Usia SD Berbasis Budaya Jawa yang disampaikan oleh Pusat Studi Kebudayaan UGM. Narasumber menyampaikan bahwa Anak Usia SD perlu didampingi oleh kedua orang tua ketika dirumah dan ketika di sekolah guru perlu mendampingi siswa secara inten. Sikap, Kebiasaan dan Perilaku Budaya Jawa yang penting dan dari hal yang sederhana mungkin, misalkan: pamit ketika akan pergi, menyapa ketika sudah pulang, membiasakan menggunakan bahasa Jawa krama, membiasakan salam (sugeng enjang, siyang, dalu), sikap ketika berjalan (nderek langkung, nuwun sewu), membiasakan nyuwun tulung, nyuwun pangapunten dan matur nuwun, membiasakan sikap dan perilaku tubuh yang luruh dan lerem.

Dan selanjutnya materi ketiga atau materi terakhir yang bertemakan Menguatkan Karakter Anak melalui Pengasuhan Berbasis Budaya Jawa yang disampaikan oleh Amin Al Abid. Amin Al Abid menyampaikan bahwa konsep pengasuhan tidak dapat lepas dari konteks budaya setempat. Berbagai nilai konstruk pengasuhan BNJ (Ekawati, dkk, 2019) antara lain: hormat, rukun, kendali perilaku, nrimo, disiplin, jujur, dan tresno.

Dan beberapa falsafah dari nilai konstruk pengasuhan tersebut adalah orang yang lebih tua mempunyai kedudukan yang tinggi sehingga anak harus dapat menunjukkan rasa hormat pada yang lebih tua. Manusia harus dapat hidup selaras dengan orang lain sehingga harus dapat memperlakukan orang lain sama dengan memperlakukan diri sendiri dan berusaha menghindari konflik.

Manusia semestinya memiliki kepekaan dan turut menjaga ketenangan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, harus selalu berusaha untuk berhati-hati dalam berperilaku agar tidak menganggu ketenangan lingkungan. Manusia semestinya dapat mengendalikan keinginan-keinginan pribadinya, oleh karena itu ia selalu bersikap menerima dan tetap menjalani kehidupan dalam keadaan apapun.

Manusia semestinya dapat mengarahkan dirinya dan berusaha menyelesaikan tugas dan kewajibannya. Manusia semestinya hidup saling percaya sehingga harus berusaha bertindak dan berbicara secara jujur. Manusia semestinya dapat saling membahagiakan sehingga memberikan apa yang dibutuhkan orang lain menjadi lebih penting daripada memenuhi kebutuhan sendiri (JND).

Tentang Junaedi

Penulis esai. Penulis Buku Cuitan Wong Ndeso. Bekerja sebagai staf PSID, yang membawahi PCL.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X