Lingkungan

Telaga Julantoro, Pengunjung Diminta Ikut Jaga Kebersihan

pada

Pelemsewu (Wartakonstruksi.com) – Telaga Desa Julantoro di Dusun Pelemsewu, Panggungharjo, Sewon, Bantul menjadi salah satu lokasi yang banyak dikunjungi, terutama pemancing. Sayang, masih banyak pengunjung yang tidak peduli dengan kebersihan di lokasi.

Akhir Desember, media ini sempat mengunjungi telaga yang hingga kini masih belum diresmikan. Saat ini cukup banyak sampah tercecer di dalam embung. Dua hari kemudian, media ini kembali mengunjungi lokasi dan jumlah sampah sudah banyak berkurang.

Agung, salah satu warga yang tinggal tak jauh dari telaga mengungkapkan, sudah ada dua orang tenaga kebersihan yang bertugas membersihkan telaga. Mereka mendapat bayaran Rp 1 juta untuk dua orang per bulan. “Memang tidak memadai untuk membersihkan telaga yang luas itu,” kata Agung kepada Warta Konstruksi.

Menurut Agung, pembersihan telaga dilakukan saat sepi pemancing. Kendati begitu, Agung berharap pemancing yang datang ke lokasi tidak melulu mengandalkan tenaga kebersihan. “Sudah disiapkan tempat sampah di tiap pojok, jadi seharusnya ikut menjaga kebersihannya juga,” terangnya.

Dia menambahkan, selain faktor manusia, faktor angin juga ikut menambah kotor telaga desa Julantoro. Agung menjelaskan, sampah yang ada di sekitar tempat itu sering terbang kemudian masuk ke dalam telagadesa.

Agung menambahkan, telaga desa itu belum selesai 100 persen, karena baru tahap satu. Dia belum tahu kapan akan dilanjutkan lagi. Rencananya, telaga desa itu ada taman bermain, tempat untuk berdagang, ada wahana airnya serta gapura masuk di selatan, karena menurut peta yang ia lihat, pintu depannya ada di selatan.

Dari data yang dihimpun, telaga desa itu didanai oleh BLH DIY dan dikerjakan oleh CV. Candisari. Pembangunannya menghabiskan dana sekitar Rp 1,4 miliar. Pengerjaan dilakukan sekitar bulan Juli 2017 hingga sekitar November 2017.

Dia berharap agar telaga desa itu selalu ramai, dikarenakan kalau sepi akan berbahaya. Sekitar bulan April, saat telaga desa belum dibuka, 2 anak-anak tewas tercebur ke dalam telaga desa. Itu terjadi saat telaga desa masih sepi dan belum ada pemancing yang mengunjungi tempat itu.

“Kalau bisa jangan sampai telaga ini sepi, makanya kami sangat senang kalau ada yang memancing di sini. Mulai hari ini kami iuran Rp 20 ribu untuk membeli ikan lele dan dimasukkan ke dalam embung untuk dipancing bersama,” pungkas Agung. (Arif K Fadholy/Sodik)

Sumber: Artikel tahun 2019 wartakonstruksi.com

Tentang Fajar Budi Aji

Hanya seorang yang beranjak tua dan terus mencoba untuk lebih dewasa tanpa menghilangkan rasa kekanak-kanakannya. "Urip Iku Urup" dan "Rasah Wedi Dirasani Karena Hidup Banyak Rasa" Dua motto andalan inilah yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X