Event

Merpati, Anak-Anak, dan Tumpeng Membuka Festival Budaya Mataraman 2023

pada

Sabtu (1/7) siang Festival Budaya Mataraman 2023 resmi dibuka di Kampoeng Mataraman, Kalurahan Panggungharjo, Sewon. Pembukaan dimulai pada pukul 13.30 dengan tarian penyambut tamu, tari Peksi Jinggo, dari Omah Joged Pramesthi.

Tiga penari cilik luwes melenggok di atas panggung. Meski musik latar sempat macet tiga kali, putri-putri ini tetap bisa melanjutkan tarian seperti tidak ada masalah.

Sebagaimana yang diinformasikan MC, Omah Joged Pramesthi adalah “aset” Panggungharjo. Selain tari penyambut, sanggar kebanggaan Panggungharjo ini juga menampilkan tari Sigrak Pramesthi.

Omah Joged Pramesthi hanya satu contoh produk lokal Panggungharjo dalam festival yang berlangsung 1-2 Juli 2023 ini. Selain itu ada pula Kukuh Kudamai, Jathilan dari Turangga Mudha Budaya, Keroncong Saroja, dan jejeran tenant UMKM. Plus kedua MC-nya pun asal Panggungharjo.

“Festival ini adalah harapan Panggungharjo untuk menjadi desa yang paripurna dan mahardika. Berdiri di atas kaki sendiri,” kata Ari Suryanto selaku ketua panitia dalam pidato sambutannya.

Tema acara Mesem Marem, masih dari Ari, punya makna tentang pelayanan. “Harapannya, festival ini bisa jadi pengingat kepada siapa desa mesti melayani, ya kepada masyarakatnya. Dari masyarakat, untuk masyarakat,” ujarnya.

Selain Ari, harapan juga disampaikan oleh Panewu Sewon, Hartini. “Semoga Panggungharjo dapat terus menguri-uri kebudayaannya dan bisa diikuti oleh desa-desa lainnya,” begitu harapannya.

Disampaikan juga olehnya bahwa Panggungharjo adalah desa yang paling sering mengakses Dana Keistimewaan. Dan itu, bagi Hartini, adalah pertanda bahwa desa memiliki inisiatif kebudayaan.

Wahyudi Anggoro Hadi, Lurah Panggungharjo, menyebut bahwa semangat kolaborasi menghidupi setiap sendi kegiatan desa. Termasuk pada Festival Budaya Mataraman 2023 yang baru pertama kali diadakan ini.

Awalnya, ide festival ini datang dari mahasiswa mata kuliah Produksi Media Kehumasan seperti yang disampaikan Erik Hadi Saputra, Kepala Prodi Ilmu Komunikasi AMIKOM Yogyakarta. “Hanya dengan uluran tangan Lurah Panggungharjo beserta mitra dan sponsorlah acara ini dapat terlaksana,” katanya.

Sesi pembukaan ditutup dengan pemotongan tumpeng dan pelepasan merpati. Tumpeng hadir sebab festival ini bertepatan dengan hari jadi Kampoeng Mataraman yang ke-6. Tumpeng juga dijadikan simbol harapan.

Selepas tumpeng dipotong oleh Wahyudi dan diberikan kepada Hartini, seremoni dilanjutkan ke pelepasan merpati yang dimaknai sebagai simbol harapan dan kebebasan ekspresi. Ditambah anak-anak yang unjuk gigi, festival ini jadi do’a agar semangat kolaborasi, seperti yang dikatakan Wahyudi, untuk bisa terus hidup dan tumbuh. (Dhias)

Tentang Eka Birawan

kadang kesendirian lebih berharga, ketimbang kebersamaan yang tidak independent

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X