SEJARAH KAMPUNG

Silsilah Pangeran Sedo Krapyak

Oleh

pada

Sejarah Krapyak diawali dari cerita raja Mataram kedua yang bernama Prabu Anyokrowati. Prabu Anyokrowati mempunyai nama semasa mudanya sebelum menjadi raja Mataram yaitu Den Mas Jolang. Prabu Anyokrowati mempunyai kegemaran berburu hewan yang bernama Kijang (Rusa). Dalam bahasa Jawa Kijang (Rusa) dinamakan Kidang (Menjangan). Pada waktu berburu rusa ia tidak sendirian tetapi ditemani oleh banyak orang. Dalam bahasa Jawa berburu dengan orang banyak ini dinamakan dengan ngeroyok atau ngopyok.

Kemudian setelah bertemu seekor kijang maka secara keroyokan mengepung, menghalang-halangi, dan sambil berjalan kesana kemari sambil mengangkat tangan seperti gerakan orang menari, dan sebagian  orang yang ada disitu membunyikan alat musik seadanya (sak kecekele), ada yang menabuh kentongan, dan lain sebagainya, tujuannya agar  rusa tersebut  dapat  ditangkap dengan mudah oleh mereka.

Kegiatan tersebut yang dinamakan ngrapyak, ngeroyok atau ngopyok. Dari kegiatan perburuan rusa oleh Prabu Anyokrowati bersama orang banyak inilah yang menandai berdirinya Kampung Krapyak.

Kemudian rusa yang sudah terkepung tersebut digiring terus dari timur ke arah barat sampai ke lapangan sebelah selatan  Patmasuri. Di lapangan sebelah selatan  Patmasuri inilah yang digunakan untuk mengandangkan rusa hasil buruan. Dari sinilah kemudian berdiri Kampung Janganan, yang berasal dari kata Menjangan. Dan tempat untuk mengandangkan rusa tersebut terkenal dengan  Kandang Menjangan. Jadi lokasi Kandang Menjangan yang pertama kali adalah di lapangan sebelah selatan Patmasuri, bukan di Panggung Krapyak yang sekarang ini.

Ada juga yang mengatakan bahwa nama Kampung Krapyak berasal dari nama pagar bambu yang digunakan untuk mengandangkan rusa hasil buruan yang ditempatkan di lapangan sebelah selatan Patmasuri.

Kemudian pada tahun 1613, Prabu Anyokrowati terbunuh oleh seekor Banteng. Tetapi sebetulnya Banteng tersebut adalah sanepa. Sebetulnya Banteng tersebut adalah jelmaan seseorang yang membunuh Prabu Anyokrowati. Karena ada orang yang tidak suka dengan Prabu Anyokrowati,  kemudian ada yang mengutus orang yang bernama Mijen untuk membunuh Prabu Anyokrowati dengan  menjelma  menjadi seekor Banteng.  Dari peristiwa terbunuhnya Prabu Anyokrowati kemudian  selanjutnya Prabu  Anyorowati mendapat julukan baru  yaitu  Pangeran Sedo Krapyak.

Kalau dilihat dari silsilah raja Mataram sebetulnya sambung sampai Brawijaya V (Raja Majapahit). Raja Brawijaya V, yang bernama Bondan Kejawan mempunyai putra yang bernama Nawangsih. Nawangsih memiliki putra yang bernama Ki Ageng Getas Pendowo. Ki Ageng Getas Pendowo memiliki putra yang bernama Ki Ageng Sela. Ki Ageng Sela memiliki putra yang bernama KI Ageng Nis. Ki Ageng Nis memiliki putra yang bernama Ki Ageng Pemanahan. Ki Ageng Pemanahan memiliki putra yang bernama Panembahan Senopati.

Menurut penuturan Adnan Harjoso Diprojo, bahwa saya adalah keturunan ke dua belas dari Prabu Anyokrowati  dan sudah mendapat kekancingan (sertifikat) dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Adapun silsilah lengkapnya adalah sebagai berikut: Prabu Anyokrowati memiliki putra Kanjeng Haryo Pangeran Selarong. Kanjeng Haryo Pangeran Selarong memiliki putra Raden Yuhameri Hentomoyo Bojo Sande.

Raden Yuhameri Hentomoyo Bojo Sande memiliki putra Kentol Wongsodikromo. Kentol Wongsodikromo memiliki putra Kentol Joyodikoro. Kentol Joyodikoro memilki putra Raden Seboyo I. Raden Seboyo I memiliki putra Raden Seboyo II. Raden Seboyo II memiliki putra Raden Haryo Pangalasan.  Raden Haryo Pangalasan memiliki putra KH. Ahmad.  K.H. Ahmad memiliki putra K.H. Idris memiliki putra Raden Nganten Hindun. Raden Nganten Hindun memiliki putra Raden Nganten Sholikhah. Raden Nganten Sholikhah memiliki putra Drs H. KRT Adnan Harjoso Diprojo, MM.

Prabu Anyokrowati dimakamkan di makam raja-raja  Mataram di Kota Gede Kota Yogyakarta. Adapun keturunan dari Prabu Anyokrowati yang dimakamkan di makam Krapyak Kulon adalah Raden Nganten  Hindun dan Raden Nganten Solihah. Raden Nganten Hindun, yang berarti Eyang saya Semasa hidupnya pernah menjadi abdi dalem berpangkat Bekel sebagai Juru Batik.

Dahulu ada satu nama kampung di Krapyak yang menyerupai segara (laut), karena di kampung tersebut ada sumber mata air yang dinamakan tuk (belik). Letaknya dipertigaan jalan, makanya dinamakan Kampung Segaran. Karena konon ceritanya, zaman dahulu di Kampung Krapyak terdapat kolam besar yangterkenal dengan sebutan Umbul Krapyak.

Pada zaman dahulu di Krapyak terdapat orang suruhan keraton yang bernama Mbah  Istat. Sebelumnya ada seorang begal yang sangat menganggu keamanan keraton. Kemudian oleh pihak keraton diadakan sayembara: “Barang siapa yang dapat melawan begal dan bisa membuat ketentraman kraton kembali aman maka akan diberi hadiah berupa tanah perdhikan”. Singkat cerita Mbah Istat dapat memenangkan sayembara tersebut dan selanjutnya ia mendapatkan tanah perdhikan yang luasnya mulai dari Dongkelan sampai  ke Salakan. Sejak saat itu, wilayah Krapyak  menjadi tanah perdhikan milik Mbah  Istadz.

Konon ceritanya terkait keberadaan Mbah Istadz,  bahwa ketika Mbah Istadz menghadiri rapat atau perkumpulan warga di Kampung Krapyak, ia tiba-tiba datang dan tiba-tiba pergi, menghilang entah kemana tidak ada seorang warga pun yang mengetahuinya. Biasanya  setelah selesai rapat atau perkumpulan warga Mbah Istadz bertanya kepada semua warga peserta rapat untuk memastikan bahwa rapat sudah selesai: “ini rapatnya sudah selesai ya”. Begitu semua warga peserta rapat menjawab: “ njih (iya) Mbah”,  tiba-tiba ia menghilang tidak tahu kemana perginya.

Mbah Istadz ini kemudian menurunkan 3 putra yang bernama  Mbah Mustofa, Mbah Muhsin dan Mbah Kusen. Dari Mbah Mustofa memiliki putra yang bernama Surojo yang kemudian menurunkan Duriyat. Duriyat adalah salah satu Dukuh Krapyak. Mbah Muhsin inilah yang mendirikan langgar yang akhirnya kini berkembang menjadi masjid besar, yang akhirnya dikembangkan oleh penerusnya menjadi  pondok pesantren Al Muhsin di Krapyak Wetan oleh putra-putranya. Sekarang pondok pesantren Al Muhsin berganti nama lagi menjadi Pondok Pesantren Al Hadi.

Dari Mah Kusen inilah yang melahirkan Mbah Abdul Wahab. Mbah Abdul Wahab Inilah yang mendirikan langgar At Taqarub di Krapyak Wetan. Setahu saya, pada waktu itu ada dua nama Dukuh Krapyak yaitu Mat Zaini dan Duriyat (JNT).

Referensi :

Drs H. KRT Adnan Harjoso Diprojo, MM. (Keturanan Ke-12 Pangeran Seda Krapyak dan Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat).

Tentang Junaedi

Penulis esai. Penulis Buku Cuitan Wong Ndeso. Bekerja sebagai staf PSID, yang membawahi PCL.

Baca Juga

1 Komentar

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X