Badan Usaha

Sederet Kejutan Di Panggungharjo, Desa Dengan Segudang Kreativitas (Bagian II)

pada

Sambungan Sederet Kejutan Di Panggungharjo, Desa Dengan Segudang Kreativitas (Bagian I)

Glugo (Bumdes.id) – Tahun 2018, Panggungharjo mencatat BUMDes-nya berhasil membukukan Rp 5,2 miliar dari beberapa unit usaha yang dikelolanya. Angka pendapatan ini membuat BUMDes Panggungharjo naik kelas dari start-up menjadi menengah.

Unit usaha penghasil laba terbesar adalah Kampoeng Mataraman, sebuah komplek rumah makan yang didirikan BUMDes di atas lahan kas desa seluas sekitar 3,5 hektar. Disebut Kampoeng Mataraman karena konsep rumah makan ini memang ingin membawa setiap orang kembali pada suasana tradisional zaman Mataram.  Berada di pinggir jalan Ring Road Selatan, rumah makan ini mampu menampung 500 orang sekaligus, menyebar di enam pendopo dan berbagai ruang terbuka yang asri.

Menu makanannya murni menu yang biasanya ada di meja makan warga desa. Mulai dari sayur, lauk, hingga lalapan. Bahkan piring dan gelas juga mirip seperti alat makan puluhan tahun lalu yang digunakan warga desa.

Aroma era Mataram juga terasa dari bangunan semi permanen di seluruh tempat ini. Uniknya, berbagai bangunan seperti pendopo dan sebagainya itu, semuanya adalah barang bekas. Tempat ini tidak menjual kemewahan melainkan suasana desa asli seperti adanya.

Hebatnya Kampoeng Mataraman, unit usaha ini dibangun untuk menampung banyak warga desa yang selama ini kesulitan ekonomi karena situasi hidup mereka. Seperti ibu penanggungjawab keluarga karena suaminya telah meninggal, anak putus sekolah yang tak kebagian peluang kerja dan anak-anak muda kreatif.

Secara bisnis, ini adalah pola yang sangat tidak efisien, tapi fakta membuktikan, kesungguhan warga untuk membesarkan tempat ini sebagai sebuah unit usaha terbukti berhasil. Kampoeng Mataraman dengan berbagai sajian di dalamnya mampu membukukan keuntungan sebelum auditing sebesar Rp 3,8 Miliar.

“Ini capaian yang luar biasa bagi BUMDes kami. Karena kami benar-benar memulai usaha ini dari yang sebelumnya tidak ada sama sekali,” kata Eko.

Alhasil, tanah kas desa yang bertahun-tahun terbengkalai itu kini menjadi ladang penghidupan bagi 48 karyawan di dalamnya.

Itulah beberapa hasil yang dipanen BUMDes Panggung Lestari melalui unit usaha yang mereka kembangkan. Contoh praktik seperti inilah yang membuat para peserta pelatihan yang digelar Bumdes.id menyatakan sangat terinspirasi oleh metode pelatihan yang dikembangkan Bumdes.id.

“BUMDes tidak memerlukan orang pintar, tetapi orang cerdas. Maksudnya, cerdas dalam membaca peluang dan potensi. Pengelola BUMDes harus tahu cara menawarkan value, itu kuncinya,” pungkas Eko. (ayuresti/bumdes.id)

Sumber : Artikel tahun 2019 bumdes.id

Tentang Fajar Budi Aji

Hanya seorang yang beranjak tua dan terus mencoba untuk lebih dewasa tanpa menghilangkan rasa kekanak-kanakannya. "Urip Iku Urup" dan "Rasah Wedi Dirasani Karena Hidup Banyak Rasa" Dua motto andalan inilah yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X