Seni Budaya

Merti Bumi Panggungharjo

Oleh

pada

Merti Bumi Panggungharjo merupakan salah satu upacara adat milik warga masyarakat Kalurahan Panggungharjo yang diadakan dengan maksud dan tujuan adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta (Allah Subhanahu Wata’ala) atas limpahan semua nikmat yang telah diberikan kepada warga masyarakat Panggungharjo sekaligus semangat gotong royong dalam melestarikan bumi Panggungharjo salah satunya dengan semangat gotong royong memilah sampah dari rumah (disingkat Segoro Lampah) agar bumi Panggungharjo tetap Lestari demi kesejahteraan anak cucu.Prosesi Meti Bumi Panggungharjo di awali dengan Kirab Segoro Lamapah yang dibagi menjadi 4 titik poros kebudayaan Kalurahan Panggungharjo (sedulur papat) sesuai dengan konsep arah, warna bendera, simbol-simbol, dan bregodo.

Titik Poros Pertama, dari arah Utara dengan membawa bendera Hitam, membawa beberapa benih tanaman yang dibawa oleh Bregodo Kyai Dongkel. Titik Poros Pertama di awali dari lapangan mini Kweni yang menggambarkan titik poros kebudayaan Kalurahan Panggungharjo dari arah Utara yaitu Panggung Krapyak, dengan simbol bendera Hitam adalah simbol tali pusar dengan hari pasaran Wage.Titik Poros Kedua, dari arah Timur dengan membawa bendera Putih, membawa Sayur Lodeh yang dibawa oleh Bregodo Pamong Kalurahan Panggungharjo. Titik Poros Kedua di awali dari Kawasan Embung Julantoro yang menggambarkan titik poros kebudayaan Kalurahan Panggungharjo dari arah Timur yaitu Kampoeng Mataraman, dengan simbol bendera Putih adalah simbol ketuban dengan hari pasaran Legi.Titik Poros Ketiga, dari arah Selatan dengan membawa bendera Merah membawa beberapa hasil bumi yang dibawa oleh Bregodo Siswa-siwi SD Sawit. Titik Poros Ketiga di awali dari Sawit RT 05 yang menggambarkan titik poros kebudayaan Kalurahan Panggungharjo dari arah Selatan yaitu Yoni Karanggede, dengan simbol bendera merah adalah simbol darah dengan hari pasaran Pahing.Titik Poros Keempat, dari arah Barat dengan membawa bendera Kuning, membawa satu pohon Kepel yang dibawa oleh Bregodo Langensari. Titik Poros Keempat di awali dari Posyandu Sawit yang menggambarkan titik poros kebudayaan Kalurahan Panggungharjo dari arah Barat yaitu Kawasan Balai Budaya Karangkitiri, dengan simbol bendera kuning adalah simbol Ari-ari dengan hari pasaran Pon.

Dan sebagai Pusat Poros Kebudayaan Kalurahan Panggungharjo (pancer) berada ditengah-tengah yaitu Balai Kalurahan Panggungharjo, dengan mengahdirkan Lurah Panggungaharjo didampingi Ketua Bamuskal Panggungharjo, staf Pamong Kalurahan dan anggota Bamuskal Panggungharjo, sebagai simbol dari Sukma dengan hari pasaran Kliwon. Dalam upacara Merti Bumi Panggungahrjo kemarin dipusatkan di Balai Budaya Karangkitiri.Setelah semua perwakilan kirab sampai di lokasi utama, empat perwakilan dari empat titik poros kebudayaan Kalurahan Panggungharjo diterima oleh Lurah Panggungharjo. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ikrar Segoro Lampah oleh anggota Bamuskal Panggungharjo. Adapun bunyi teks ikrar Segoro Lampah selengkapnya adalah sebagai berikut:

“Saya, selaku warga Panggungharjo, pada waktu ini, hari minggu pahing, tanggal 12, bulan November, tahun 2023. Membulatkan tekad, dengan golong gilig, nyawiji, greget, sengguh, ora mingkuh, untuk melestarikan bumi, agar bisa, memegang teguh ajaran luhur, memayu hayuning bawana. Dengan tekad segoro lampah, semangat gotong royong, memilah sampah dari rumah. Saya, selaku warga Panggungharjo, akan melaksanakan, tindakan tersebut. Semoga bumi, selalu Lestari, semoga Tuhan, selalu memberi keberkahan.”

Acara kedua adalah Sambutan Lurah Panggungharjo dan Panewu Sewon sekaligus launching kendaraan pengangkut sampah listrik. Kemudian dilanjutkan acara ketiga adalah kenduri ageng yang dipimpin oleh Junaedi, untuk mendoakan semua almarhum/armarhumah para raja Yogyakarta, para ulama/kiai Panggungharjo, para Lurah Panggungharjo, para Pamong Kalurahan Panggungharjo, para shohibul wilayah (cikal bakal) di 14 Padukuhan se-Panggungharjo dan semua warga Panggungharjo, kaum muslimin muslimat, mukminin mukminat yang sudah meninggal dunia, agar ruh suci para leluhur  diampuni semua dosa dan kesalahannya, diterima semua amal ibadahnya dan ditempatkan ditempat yang paling mulia di sisi Allah Subhanahu Wata’ala. Dan doa terkhusus agar Kalurahan Panggungharjo menjadi Kalurahan yang baldatun toyyibatun warabbun ghofur.Acara keempat adalah rebutan gunungan oleh semua warga Panggungharjo yang hadir. Acara terakhir adalah penutup (JND).

Tentang Junaedi

Penulis esai. Penulis Buku Cuitan Wong Ndeso. Bekerja sebagai staf PSID, yang membawahi PCL.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X