Pagelaran

Stand Desa Panggungharjo Tampilkan Beragam Potensi Budaya

pada

Triwidadi (Media Panggungharjo) – Festival Desa/Kelurahan Budaya Tahun 2018 Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta yang digelar pada Rabu (24/10/2018) kemarin mewajibkan kontingen desa/kelurahan budaya menampilkan sebuah stand yang berisi berbagai potensi budaya yang ada di desa tersebut. Festival yang diikuti oleh 12 desa budaya dari Kabupaten Bantul dan dua kelurahan budaya dari Kota Yogyakarta ini digelar di Lapangan Kayuhan, Desa Triwidadi, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul.

Desa Panggungharjo sebagai salah satu desa budaya yang turut menjadi peserta dalam gelaran tersebut menampilkan potensi budaya yang beragam. Dalam stand berukuran 4×4 meter tersebut, stand Desa Panggungharjo menampilkan tujuh potensi budaya meliputi seni pertunjukan, kuliner, kerajinan, warisan budaya dan sejarah, pengobatan tradisional, adat tradisi, sastra dan aksara.

Dari data yang dihimpun Tim PSID Panggungharjo, isian produk barang dalam stand Desa Panggungharjo yaitu cap batik kertas dari Sanggar Dongaji (Sawit), kain jumputan dari Tizania Jumputan (Pelemsewu), aneka dolanan anak dari Kampoeng Dolanan (Pandes), berbagai patung dari Studio Satiaji (Krapyak Kulon), puzzle kayu dari Kajeng Handycraft (Kweni), iket blangkon dari Blangkon Pak Pendek (Garon), tatah sungging wayang kulit dari Jumadi Rumah Wayang Kulit (Cabeyan), dan kain lurik dari Dibyo Lurik (Krapyak Wetan). Selain produk barang, juga terdapat produk makanan olahan seperti minuman camcao, sego wiwit, jamu, dawet, kacang bawang, kacang rebus serta ubi rebus.

Fairuzul Mumtaz, Ketua Pengelola Desa Budaya Bumi Panggung, menerangkan bahwa warga Pedukuhan Dongkelan yang diutus menjadi perwakilan Desa Panggungharjo diberikan kewenangan penuh untuk mengisi stand potensi budaya dengan pengarahan dari para pengelola desa budaya serta pendamping desa budaya dari Disbud DIY.

“Untuk stand silakan mau di dekor seperti apa, dan diisi apa saja. Yang terpenting bisa mewakili wajah dari desa budaya Desa Panggungharjo.” ungkap Fairuz.

Sedangkan Setawijaya, salah satu pengelola Bumi Panggung yang ikut mendampingi teknis pelaksanaan kepesertaan kontingen Desa Panggungharjo mengungkapkan bahwa dalam pengisian stand pada festival tersebut dibagi menjadi dua tim pelaksana teknis. Tim pertama mengisi stand dengan produk-produk budaya yang ada di Desa Panggungharjo didampingi satu pengelola desa budaya yaitu Diah Rini Mayasari. Sedangkan tim kedua yang digawangi oleh PSID Panggungharjo mengisi stand dengan arsip-arsip data Bumi Panggung seperti peta potensi budaya, video profil desa budaya, agenda seni dan kebudayaan, serta katalog budaya Desa Panggungharjo.

“Dalam pelaksanaannya warga pasti mempunyai kendala, seperti ketidakpahaman data potensi apa saja yang ada di Desa Panggungharjo, ada agenda seni dan budaya apa saja selama setahun ini, dan lain sebagainya. Maka ini kami serahkan kepada PSID Panggungharjo yang mempunyai berbagai data di Desa Panggungharjo.” ungkap Seto.

Sukarni, sebagai salah satu tim pelaksana teknis mengutarakan bahwa dalam pelaksanaannya stand Desa Panggungharjo cukup “kelarisan”. Terutama saat kunjungan Bupati Bantul, Drs. H. Suharsono ke stand Desa Panggungharjo.

“Pak Bupati tadi bersama rombongan sampai memborong produk-produk yang kami pamerkan. Othok-othok aja sampai kelarisan. Cukup lama tadi di stand ini.” tutur Sukarni kepada Tim PSID Panggungharjo.

Disamping produk-produk, dalam stand yang dibalut nuansa rumah jawa oleh Lawasan Ngurakapi tersebut juga ditampilkan miniatur makam Kyai Dongkel, situs Panggung Krapyak, dan makam Nyai Cabe. (BGX)

Tentang Fajar Budi Aji

Hanya seorang yang beranjak tua dan terus mencoba untuk lebih dewasa tanpa menghilangkan rasa kekanak-kanakannya. "Urip Iku Urup" dan "Rasah Wedi Dirasani Karena Hidup Banyak Rasa" Dua motto andalan inilah yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X