Seni Budaya

Nyadran Eyang Juru Purbo Digelar Dalam Festival Upacara Adat

Oleh

pada

Gabusan (Media Panggungharjo) – Festival Upacara Adat Kabupaten Bantul merupakan event tahunan yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul. Pada festival ini, desa-desa budaya diberi kesempatan untuk mempertunjukkan upacara adat khas dari daerah masing-masing. Penyelenggaraan Festival Upacara Adat Kabupaten Bantul pada tahun ini bertempat di Pasar Seni Gabusan dan berlangsung selama dua hari, yakni tanggal 13 dan 14 Juli 2019.

Desa Panggungharjo, sebagai salah satu dari dua belas desa budaya di Kabupaten Bantul mendapat giliran tampil pada hari kedua, Minggu (14/07/2019). Pada tahun ini, Desa Panggungharjo menggelar pertunjukan upacara adat dengan mengangkat Nyadran Eyang Juru Purbo. Kertorejo selaku Dukuh Geneng, sebelumnya telah menggali kembali cerita sejarah Eyang Juru Purbo yang dijadikan dasar untuk membuat konsep pertunjukan.

Eyang Juru Purbo sendiri merupakan salah satu dari prajurit Kerajaan Mataram-Islam yang menyebar saat perang perebutan kekuasaan antara Amangkurat II (Adipati Anom) dengan Trunojoyo. Eyang Juru Purbo sampai di wilayah Geneng (sekarang Pedukuhan Geneng-red) yang waktu itu kondisi alamnya memprihatinkan. Dikisahkan, saat itu wilayah Geneng merupakan genangan air karena berlokasi di sebuah cekungan tanah yang besar. Kemudian, letusan Gunung Merapi mengakibatkan wilayah tersebut tertutup abu vulkanik. Eyang Juru Purbo kemudian mengajak masyarakat setempat untuk mengolah tanah tersebut menjadi lahan pertanian. Eyang Juru Purbo juga mengajarkan ilmu bercocok tanam sehingga masyarakat Dusun Geneng menjadi makmur.

Nyadran Eyang Juru Purbo telah dilaksanakan setiap bulan Ruwah (bulan ke-delapan kalender Jawa-red) oleh masyarakat Pedukuhan Geneng. Upacara Nyadran Eyang Juru Purbo tersebut kemudian dikemas ulang menjadi sebuah pertunjukan untuk ditampilkan dalam festival upacara adat. Cerita mengenai Eyang Juru Purbo ketika perang hingga mengajari masyarakat untuk bercocok tanam ditampilkan dalam sendratari sederhana yang dimainkan oleh lebih dari 50 warga Pedukuhan Geneng.

Pengelola Desa Budaya “Bumi Panggung” pun turut membantu dalam proses penggalian cerita, menyiapkan properti, hingga pasca tampil dalam festival upacara adat. Melalui partisipasi Desa Panggungharjo dalam acara tersebut, diharapkan potensi-potensi budaya khususnya potensi berupa adat dan tradisi dapat terus dilestarikan oleh masyarakat. (Fif)

Tentang nurafifah

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X