Keagamaan

Majelis Tasmi’ul Qur’an di Masjid Baitussalam Saraban

pada

Ngireng-ireng (Jurnalis Warga) – Takmir Masjid Baitussalam Saraban bekerja sama dengan Pengurus Majelis Tasmi’ul Qur’an Senin Malam Selasa Kliwon Desa Panggungharjo menyelenggarakan Sema’an Al Qur’an dan Pengajian Umum di Masjid Baitussalam, Kampung Saraban, Pedukuhan Ngireng-ireng, Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul dalam rangka Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, Selasa (10/5/2016). Kegiatan ini diawali dengan sema’an Al Qur’an, oleh  asisten KH. R. Najib Abdul Qodir dari PP Al Munawwir Krapyak Yogyakarta, yaitu Ust. Jamaluddin dan Ust. Muhammad Anwar dengan membaca Juz 25, 26 dan 27 secara bergantian.

Dalam sambutannya, Lurah Desa Panggungharjo, Wahyudi Anggoro Hadi,  S.Farm., Apt., menerangkan bahwa Majelis Tasmi’ul Qur’an ini sudah berlangsung selama empat tahun. Di tahun pertama rutin diadakan di Aula Desa Panggungharjo yang kemudian dalam perkembangannya mobiling di masjid/musholla di 14 pedukuhan.

Pada kesempatan tersebut Wahyudi mengajak para jama’ah Masjid Baitussalam untuk menjaga kebersihan lingkungan, dalam hal ini adalah permasalahan jentik-jentik nyamuk yang bisa menyebabkan kasus demam berdarah. Dia juga mengajak peran serta takmir masjid dalam mencegah Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) karena persoalan ini dirasa betul-betul memprihatinkan dengan banyaknya kasus yang terjadi pada remaja dibawah umur. Selain itu Wahyudi berpesan untuk memperhatikan para lansia terutama di Pedukuhan Ngireng-ireng. Apabila ditemukan laporan lansia yang terlantar di lingkungan sekitar maka Pemerintah Desa Panggungharjo akan menindaklanjutinya melalui Bapel JPS dengan wujud adanya Perawat Desa yang bertugas mendampingi para lansia mulai dari kesehatan, asupan gizi yang dimakan, dan sebagainya.

Disamping itu dia juga menghimbau kepada warga yang sedang hamil dan beresiko tinggi dalam mengurusi kehamilannya (tidak mampu-red) agar segera melaporkan kepada Pemerintah Desa Panggungharjo. Pemerintah desa akan membantu mulai dari proses persalinan, masa nifas, pemeriksaan rutin ibu dan anak, imunisasi anak, dan lain sebagainya.  

Adapun hikmah Isra’ Mi’raj yang disampaikan oleh K.H. Maimun Mabarun (putra almarhum K.H. Mabarun) yaitu bahwa semua nabi mengalami peristiwa isra’ yaitu perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, akan tetapi hanya Nabi Muhammad SAW saja yang mengalami peristiwa mi’raj sampai ke Sidrotul Muntaha. Dalam perjalanan isra’ dan mi’raj Nabi Muhammad SAW bertemu dengan semua orang-orang yang berbuat baik maupun jelek, tempat- tempat yang paling baik dan yang paling jelek dan bertemu dengan para nabi sebelumnya. Dalam perjalanannya Nabi Muhammad SAW melihat ada sebuah bengawan yang airnya berasa manis melebihi madu dan baunya harum melebihi minyak misik. Kemudian dijelaskan bahwa tempat ini diperuntukkan bagi orang-orang yang suka membaca sholawat atas nabinya oleh Malaikat Jibril yang menemani perjalanannya.

Dalam ceramahnya dia menambahkan bahwa Rojab atau Rejeb adalah Sahrullah yang artinya bulannya Allah SWT. Pada bulan ini Allah membagikan pahala lebih bagi orang-orang yang mau berbuat kebaikan. Contohnya puasa sehari pahalanya bisa menghapus dosa satu tahun, puasa dua hari pahalanya bumi dan seisinya, dan sebagainya, inilah fadhilah (keutamaan-red) bulan Rojab.

Sedangkan pada bulan Sya’ban atau disebut Ruwah terdapat tradisi Nyadran. Dijelaskan oleh K.H. Maimun bahwa Nyadran berasal dari bahasa Arab “Diyar” yang artinya penghuni kubur, akan tetapi orang-orang zaman dahulu kesulitan mengucapkan kata diyar-an, akhirnya lama-lama menjadi Nyadran. Para penyebar agama islam pada zaman dahulu mengumpulkan orang-orang untuk mendoakan leluhurnya dengan cara memasak kue yang manis untuk dimakan bersama (kue tersebut pada waktu itu belum ada namanya), ketika ditanyakan nama kue tersebut oleh para pengikutnya kemudian diberi nama ‘Afuwwun’ yang berarti kue untuk meminta maaf. Sama seperti halnya asal muasal kata Nyadran, dengan keterbatasan orang-orang dahulu dalam mendengarkan dan melafalkannya, akhirnya jadilah disebut kue Apem. Sedangkan tujuan dari tradisi Nyadran ini adalah untuk memohonkan maaf para ahli kubur karena akan memasuki bulan suci Romadhon.

Bulan Romadhon sendiri merupakan syahrul’ibad yang berarti bulannya para makhluk atau hamba. Pada bulan ini Allah SWT mewajibkan kepada orang-orang muslim yang beriman untuk beribadah puasa. Pada bulan ini Allah menguji keimanan umat islam dan akan memberikan pahala khusus bagi orang-orang yang lulus. Sebelum mengakhiri ceramahnya, dia menggaris bawahi bahwa tradisi yang berkembang di zaman dahulu sampai sekarang ada dasar hukumnya. Untuk menjaga ukhwuyah islamiyyah dia menghimbau agar menghindari menyalahkan tradisi dan tidak dengan mudahnya mengatakan bid’ah dholalah.

Acara Majelis Tasmi’ul Qur’an dan Pengajian Umum Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW ini ditutup dengan do’a oleh K.H. R. Hafidz Abdul Qodir dari PP Al Munawwir dan acara paripurna pada pukul 23.00 WIB. (JUNAEDI)

Tentang Fajar Budi Aji

Hanya seorang yang beranjak tua dan terus mencoba untuk lebih dewasa tanpa menghilangkan rasa kekanak-kanakannya. "Urip Iku Urup" dan "Rasah Wedi Dirasani Karena Hidup Banyak Rasa" Dua motto andalan inilah yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X