Event

Pesantren “Emas”

Oleh

pada

EMAS merupakan akronim dari Ekosistem Madani Atasi Sampah. Pesantren EMAS merupakan sebuah program yang diluncurkan pada Jagongan Selapanan dalam Special Event Festival Kebudayaan Mataraman di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul (2/7). Jagongan Selapanan Special Event kali ini bertemakan “Darurat Sampah ke Daulat Sampah” yang dihadiri juga oleh Ketua Tanfidziyah PWNU DIY, yaitu Dr. KH. Ahmad Zuhdi Muhdlor, M.Hum.

Program yang digagas oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta (PWNU DIY) ini menjadi bentuk kontribusi tersendiri bagi NU dalam menangani masalah-masalah sosial. Program ini ditujukan pada lembaga pendidikan pesantren dengan melibatkan 12 pondok pesantren besar di pulau Jawa dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Alasan utamanya adalah pada pondok pesantren yang memiliki jumlah santri yang cukup padat pemroduksi sampah dalam voleme yang cukup banyak, terutama sampah sisa-sisa dapur dari pengolahan makanan santri.

Pesantren yang mendelegasikan santrinya diantaranya:  Ponpes An-Nur Ngrukem, Ponpes Fadlun Minallah, Ponpes Ali Maksum, Ponpes Al-Munawir Komplek R2, Ponpes Al-Ashfa, Ponpes Pandanaran, Ponpes As-salam Wonosobo, Ponpes Daarul Qur’an Wonosari, Ponpes Jambu Cirebon, Ponpes Kempek Cirebon, Institut Fahmina Cirebon, Ponpes Hayim Asy’ari Jepara. Hal itu disampaikan oleh ketua PWNU DIY, Dr. KH. Ahmad Zuhdi Muhdlor, M.Hum.

“Ada salah satu Pondok Pesantren yang telah sukses mengelola sampah mandiri, di Sumenep, Madura, Jawa Timur, yaitu Pondok Pesantren An-Nuqayah. Ini menjadi percontohan bagi seluruh Pondok Pesantren di Indonesia dan program ini juga memiliki tujuan ke arah sana,” ungkapnya.

Pesantren Emas ini dipiloti oleh Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta selaku bagian lembaga pendidikan milik NU dan bekerja sama dengan KUPAS (Kelompok Usaha Pengelola Sampah) Desa Panggungharjo, Yayasan Fahmina Cirebon, serta PT. Pegadaian. Selain dari Pondok Pesantren, ada juga mahasiswa PPL dari IAIN Kudus  Jawa Tengah, yang turut bergabung pada program ini.

Selama seminggu mulai dari tanggal 3 Juli lalu, para peserta mengikuti rangkaian acara di TPS3R KUPAS Panggungharjo dengan melakukan pemetaan terkait masalah sampah dari hulu sampai ke hilir, mengidentifikasi hambatan dan tantangan dalam pengelolaan sampah, merumuskan masalah yang telah ditemukan di lapangan dalam rangka perbaikan kebijakan pengelolaaln sampah.

Malamnya, dilanjut Focus Grup Discussion (FGD) yang membahas beberapa isu krusial mengenai sampah, terbatasnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA), dan teknologi sampah ramah lingkungan. Tak hanya itu, peserta juga merancang model perencanaan pengelolaan sampah yang akan diterapkan di Pondok Pesantren masing-masing.

“Dari program ini banyak ilmu yang saya ambil, ini akan menjadi bekal saya di Pondok Pesantren nanti bagaimana caranya agar sampah itu sendiri berhenti hanya di Pondok Pesantren bukan di TPA,” ujar Bahrul Chilmi, peserta dari Ponpes Al-Ashfa. Ia mengatakan bahwa perlu adanya kampanye tentang gaya hidup bersih dan bebas sampah di Pondok Pesantren.

Setelah satu minggu di Desa Panggungharjo, mereka berkesempatan berkunjung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan untuk melihat gunung sampah yang kemungkinan akan ditutup akibat penuhnya sampah di sana sebelum mereka ditugaskan ke 5 Pondok Pesantren untuk melakukan observasi serta menerapkan model perencanaan pengelolaan sampah yang sudah dirancang.

“Melihat kondisi TPA Piyungan saat ini sudah sangat penuh, ini menjadi PR kita semua untuk lebih peduli lingkungan, mengubah paradigma sampah dengan memilah dan mengolah sampah serta meminimalisir penggunaaan sampah. Syukur-syukur bisa menghasilkan cuan melalui sampah,” ujar Suhailatun Nadia, peserta PPL dari IAIN Kudus.

Tak hanya itu, peserta program Pesantren Emas ini juga dipertemukan dengan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat berkunjung ke Kampoeng Mataraman pada waktu itu. “Program ini sangat cocok diterapkan di Pondok Pesantren dalam upaya mengatasi sampah. Namun tak hanya sampah saja, kalau berbicara soal kebersihan bukan hanya sampah ya. Ada juga kebersihan air yang harus diperhatikan agar tidak ada yang kena penyakit gudik” pesannya.

Harapannya, sampah yang dihasilkan oleh Pondok Pesantren dapat dikelola dengan baik oleh para santri secara mandiri dan program Pesantren Emas ini menjadi program nasional dalam pengelolaan sampah di Pondok Pesantren (AML/Mhs IAIN Kudus).

Tentang Junaedi

Penulis esai. Penulis Buku Cuitan Wong Ndeso. Bekerja sebagai staf PSID, yang membawahi PCL.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X