Lingkungan

Antusiasme Peduli Sampah Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak

pada

(Labsos UNU – Panggungharjo) Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak adalah salah satu pesantren terbesar dan bisa dibilang juga sebagai pesantren tertua yang berada di Desa Panggungharjo tepatnya berada di Padukuhan Krapyak Kulon yang terdiri dari banyak asrama dan komplek. Sebagai pesantren yang besar tentunya jumlah santrinya juga terbilang sangat banyak. Baik yang bermukim di pesantren maupun yang laju dari desa masing-masing, kos, ataupun kontrakan yang berada disekitaran pesantren. 

Dengan banyaknya jumlah santri, tentunya dalam urusan sampah khususnya, maka jumlah sampah yang dihasilkan juga sangat banyak. Selama ini, sampah dari pesantren tersebut hanya dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah tanpa disertai pengelolaan. Dan hal ini berahir dengan menjadikan tambahan timbunan sampah di  lokasi pembuangan akhir tersebut.

Semakin banyaknya sampah yang dihasilkan oleh pesantren menjadikan beberapa tokoh di pesantren berinisiatif untuk mengelola sampah dengan lebih lanjut. Selain untuk mengurangi penambahan timbunan sampah yang tidak terkelola, juga untuk menciptakan budaya baru yaitu peduli sampah dan menciptakan lingkungan pesantren menjadi lebih bersih. Beberapa langkah pelaksanaan pengelolaan sampah sudah mulai dilakukan sedikit demi sedikit. Baik dengan cara sosialisasi antar asrama maupun dijadikan sebagai peraturan baru di beberapa asrama pesantren.

Langkah-langkah yang sedang dilakukan oleh pihak pesantren dalam mengelola sampah baik segi asrama ataupun ruang lingkup organisasi asrama, antara lain yakni melakukan pemilahan sampah berdasarkan jenisnya. Beberapa diantaranya yang sudah melaksanakan yaitu komplek Q, komplek T, komplek M, dan beberapa organisasi asrama. Pemilahan sampah tersebut nantinya akan dijadikan sebuah kegiatan yang bernilai positif.

Sampah organik dijadikan sebagai pupuk kompos, ECO enzim, bahkan ada beberapa organisasi asrama yang memanfaatkannya sebagai pakan maggot. Maggot yang dihasilkan ini nantinya akan dijual sehingga bisa bernilai finansial. Sedangkan sampah botol, besi, dan kardus dikumpulkan hingga berjumlah terbilang banyak untuk kemudian dijual ke tempat jual-beli rosok terdekat.

Langkah selanjutnya yaitu dengan berlangganan PASTI ANGKUT. Sudah terdapat beberapa asrama yang berlangganan dengan PASTI ANGKUT, yang mana hal tersebut menjadi sebuah opsi ketika sampah sudah dipilah sesuai jenisnya dan dimanfaatkan sebagai sesuatu yang bernilai finansial, maka sisa sampah yang belum bisa dimanfaatkan kemudian di salurkan ke PASTI ANGKUT. Sampah yang dimaksud seperti sampah plastik, kertas, maupun residu.

Dengan langkah-langkah tersebut, Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak nantinya diharapkan bisa menciptakan dan membiasakan budaya memilah sampah baik dari ruang lingkup asrama maupun secara keseluruhan asrama yang berada di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak. Ini sekaligus dilakukan sebagai bentuk dari peduli sampah untuk menciptakan lingkungan pesantren yang lebih bersih. Bahkan untuk rencana kedepannya Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak akan menjadi pesantren pertama yang memutus berlangganan dengan TPA, dalam artian nantinya akan menjadi sebuah pesantren pertama yang tidak akan membuang sampah ke TPA. (SAHAL)

Tentang Eka Birawan

kadang kesendirian lebih berharga, ketimbang kebersamaan yang tidak independent

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X