Badan Usaha

Sampah Menjadi Penyumbang Kenaikan APBDes Desa Panggungharjo

pada

Yogyakarta (Jogjaprov.go.id) – Sampah merupakan persoalan yang dihadapi oleh semua daerah. Seiring pertambahan penduduk maka bertambah pula sampah yang dihasilkan. Tumpukan sampah yang dibiarkan tanpa pengelolaan yang baik, akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan.

Untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan sampah tersebut maka TP PKK Provinsi Bangka Belitung melakukan studi banding ke DIY dengan harapan dapat memperoleh solusi tentang sampah agar dapat  diterapkan di Bangka Belitung. Senin (17/10/2016).

Bertempat di Ndalem Ageng Kompleks Kepatihan Yogyakarta, GKBRAy A. Paku Alam X yang didampingi beberapa pengurus TP PKK DIY menyambut baik kunjungan tersebut.

Desa Panggungharjo Sewon Bantul Yogyakarta terpilih sebagai lokasi studi banding karena desa tersebut mempunyai prestasi, yaitu pernah dinobatkan sebagai pemenang Lomba Desa Tingkat Nasional.

Selain itu yang terpenting, desa tersebut telah berhasil melakukan inovasi yaitu mengubah KUPAS ( Kelompok Usaha Pengelola Sampah) menjadi berbadan hukum BUMDes.

Wilayah desa yang luas, jumlah penduduk yang besar, dan adanya pertambahan sampah, mendorong didirikannya BUMDes tersebut. Sejak berdiri pada Maret 2013 sampai tahun 2015, BUMDes ini telah melayani lebih kurang 1500 pelanggan dengan omzet sebesar 450 juta.

Upaya pengumpulan sampah di Desa Panggungharjo dilakukan dengan melibatkan PKK sebagai agen pengumpul sampah dari masing-masing KK. Dengan sistem share hasil. Masing-masing KK diwajibkan untuk membayar retribusi sebesar Rp 10.000-15.000/bln.

Sampah yang terkumpul lalu dipilah. Untuk sampah yang memiliki nilai ekonomis lalu dijual lagi, sementara yang bersifat residu disalurkan ke DPU Bantul.

Usai bertukar tanda kasih, tamu dari Bangka Belitung ini diantar oleh perwakilan TP PKK DIY untuk berkunjung ke lokasi studi banding. (NIER)

Sumber: Artikel tahun 2016 jogjaprov.go.id

Tentang Fajar Budi Aji

Hanya seorang yang beranjak tua dan terus mencoba untuk lebih dewasa tanpa menghilangkan rasa kekanak-kanakannya. "Urip Iku Urup" dan "Rasah Wedi Dirasani Karena Hidup Banyak Rasa" Dua motto andalan inilah yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X