Seni Budaya

Usung Hajat Sambil Pameran

pada

Glugo (Suaramerdeka.com) – Selalu saja ada hal unik yang ditampilkan seniman saat memiliki hajat. Salah satunya dilakukan Godod Sutejo beserta istri saat menggelar hajat pernikahan putrinya. Acara sakral tersebut ia padukan dengan pameran lukisan dan tosan aji di Pendhapa Art Space, Jalan Ring Road Selatan, Tegal Krapyak, Glugo, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Minggu (24/3).

Mungkin hal ini menjadi yang pertama di Indonesia. Pesta mantenan yang sekaligus dijadikan ajang pameran lukisan dan keris atau tosan aji. Para tamu undangan pun merasa tersanjung, karena selain dapat bersilahturahmi dengan kedua mempelai, para tamu juga bisa menikmati keindahan lukisan dan keris yang dipajang di lokasi acara.

Pameran lukisan dan keris bertajuk ”Rupa-Rupa Seni Njagong Manten Godod’s-Atik Mantu” tersebut bekerjasama dengan 24 perupa yang memajang lebih dari 70 lukisan.

Para seniman kondang ini ikut serta memamerkan karyanya sebagai tanda turut mangayubagya atas pernikahan putri pertama seniman Godod Sutedjo dan Atik.

Seniman tersebut yaitu Agus Almasih, Arfial Arsad, Dewobroto, Edi Purwanto, Fatkur Rochman, Hajar Pamadhi, Harsono, Hono Lette, Ledek Sukadi, Njedit, Sumadi, Sabar Jambul, Sutopo, Skrem Karya, Teguh Suwarto, Valentino Febri, Djoko Sardjono, Hendro Purwoko, Totok Buchori, Nanang Wijaya, dan tentu saja sang tuan rumah yang juga memamerkan karyanya.

Yang lebih unik lagi, kedua mempelai, yakni As Truni Ahingani (Unik) dan Nursetyo Priambodo Wartomo (Tyo), Godod, serta Atik justru turut menerima tamu di pintu masuk ruang resepsi. Pameran lukisan dan keris ini sendiri dibuka langsung oleh Prof. Dr. Windu Nuryanti didampingi kedua mempelai dan orang tua pengantin.

Tidak hanya tamu undangan, pameran ini juga bisa dinikmati oleh masyarakat sekitar dan dibuka untuk umum pada 25 hingga 31 Maret.

“Kami sangat senang dan bangga bila para pecinta seni maupun kolektor mau menyaksikan pameran, terlebih sejumlah lukisan koleksi terakhir turut dipamerkan,” kata Godod.

Khusus pameran tosan aji, hadir 17 empu atau ahli pembuat keris yang memiliki filosofi mendalam, yakni pitulas (Jawa-red) yang bisa diartikan sebagai pitutur dan piwelas atau pitulungan kang welas. Intinya, suatu perhelatan yang diharapkan dapat menghadirkan pitutur, pitulungan maupun piwelas, terutama untuk pasangan pengantin Unik dan Tyo sehingga bisa menjadi keluarga sakinah, mawadah, warahmah. (Sugiarto-41)

Sumber: Artikel tahun 2019 suaramerdeka.com

Tentang Fajar Budi Aji

Hanya seorang yang beranjak tua dan terus mencoba untuk lebih dewasa tanpa menghilangkan rasa kekanak-kanakannya. "Urip Iku Urup" dan "Rasah Wedi Dirasani Karena Hidup Banyak Rasa" Dua motto andalan inilah yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X