Opini

Teknologi Informasi dan Disorientasi Generasi Muda

pada

Panggungharjo (Jurnalis Warga) – Perkembangan teknologi informasi merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa dibendung. Teknologi terus menyusup bukan hanya ke ruang publik, tetapi juga ke ruang privasi. Jika dahulu kita kesulitan untuk menyaksikan berita, menonton film, dan mengakses informasi lain, sekarang cukup di kamar berbekal internet, maka semua informasi bisa kita peroleh dengan mudahnya. Ini adalah sebagian contoh yang menunjukkan betapa mudahnya teknologi merasuk ke ruang privat.

Satu sisi tentu hal ini merupakan suatu kegembiraan mengingat akses informasi sangat dibutuhkan. Informasi tidak lagi menjadi sesuatu yang mahal dan sulit diperoleh. Informasi juga kian terbuka, mampu menembus batas teritorial, bahkan peristiwa sekecil apapun dari negara lain bisa diakses. Waktu yang dibutuhkan untuk menerima informasi juga kian singkat, seolah sekat jarak dan waktu telah dilipat.

Semakin banyak informasi yang masuk, tentu semakin menambah wawasan bagi yang mengaksesnya. Ini menjadikan manusia tidak lagi seperti katak dalam tempurung, yang tidak mengetahui apapun di luar daerahnya. Segudang informasi yang diterima juga mampu menjadi referensi dan inspirasi dalam kehidupan sehingga mestinya menambah suntikan motivasi dalam berkarya.

Namun sayangnya, dampak positif teknologi informasi tidak selamanya terwujud. Ibarat jauh panggang dari api, dampak teknologi informasi malah menjadi benalu dalam kehidupan. Terbukanya informasi tanpa batas dan tanpa adanya sensor yang ketat, menjadikan informasi bebas masuk kalangan manapun tanpa memandang batasan usia. Disinilah teknologi informasi menjadi starting point permasalah sosial kemasyarakat.

Terutama di kalangan generasi muda, teknologi informasi benar-benar bisa menjadi racun ketika tidak dikontrol. Generasi muda dengan kepribadian yang masih labil, memiliki hasrat yang besar untuk mencoba sesuatu yang baru dan menarik menurut mereka. Akses informasi yang terbuka lebar memungkinkan mereka membuka informasi yang tidak semestinya diakses. Konten-konten pornografi, tawuran pelajar, tindak asusila, penggunaan miras dan narkoba, serta konten negatif lain, diam-diam merasuk dalam pikiran-pikiran mereka.

Akibat yang muncul tentu tidak bisa dihindari. Pergaulan bebas, tindak asusila, penggunaan miras dan narkoba, tawuran dan kekerasan pelajar, adalah sejumput problem sosial yang bisa ditimbulkan oleh teknologi informasi. Generasi muda menjadi insan yang lumpuh moralnya dan mengalami disorientasi atau kegamangan hidup. Mereka tidak lagi menjadi generasi harapan bangsa yang digadang-gadang sebagai generasi emas, justru menjadi generasi yang penuh dengan keruwetan.

Kondisi ini tentu merupakan suatu keprihatinan yang harus segera dicarikan solusinya. Setidaknya, ada beberapa tawaran yang bisa kita ambil.

Pertama, tentu kita berharap kepada pemerintah agar melakukan kontrol yang ketat terhadap akses informasi yang masuk. Konten-konten yang mengundang sisi negatif harus dibatasi dan dicegah. Sebaliknya, informasi positif harus diperbanyak dan disebarkan seluas-luasnya. Pemerintah juga harus turun ke bawah, melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang dampak positif dan negatif teknologi informasi. Sosialisasi ini penting guna menggugah kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai teknologi informasi. Masyarakat kita dengan segala regam pendidikannya, tentu tidak semuanya memahami akan persoalan ini. Maka sosialisasi menjadi sesuatu yang urgen.

Kedua, orang tua harus dilibatkan dalam mengontrol anak-anak mereka. Peran orang tua sangat penting mengingat mereka cukup intens dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Dalam kehidupan keseharian, tentu orang tua yang lebih banyak terlibat dalam pergaulan generasi muda. Jika orang tua mampu melakukan kontrol, diharapkan dampak negatif teknologi informasi bisa diminimalisir.

Ketiga, membuat wadah bagi generasi muda guna menampung aspirasi dan kreasi mereka. Bisa melalui organisasi kepemudaan atau aktifitas lain yang bersifat positif. Generasi muda adalah kaum yang sedang mencari jati diri sehingga butuh wadah guna menyalurkan potensi mereka. Jika potensi tersebut bisa ditampung dan dikembangkan, tentu akan menjadi bekal yang berharga bagi kehidupan mereka.

Keempat, kenalkan generasi muda dengan pengetahuan agama. Ini untuk mengontrol moral dan psikis mereka. Agama yang mengajarkan nilai-nilai moral, mampu menjadi kontrol atas perilaku generasi muda. Apalagi negara kita merupakan negara religius yang sudah semestinya mementingkan nilai religiusitas demi menjaga generasi bangsa dari problematika sosial yang merusak. (Fatkhul Anas, S. Pd.I)

Tentang Fajar Budi Aji

Hanya seorang yang beranjak tua dan terus mencoba untuk lebih dewasa tanpa menghilangkan rasa kekanak-kanakannya. "Urip Iku Urup" dan "Rasah Wedi Dirasani Karena Hidup Banyak Rasa" Dua motto andalan inilah yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X