Seni Budaya

Srawung Sewu Sedulur di Pelemsewu

Oleh

pada

Pelemsewu (Jurnalis Warga) – 1000 kawan terlalu sedikit, 1 musuh terlalu banyak. Peribahasa itu begitu larisnya beberapa tahun terakhir ini. Apalagi dengan begitu banyaknya tebaran ujaran kebencian yang sudah masuk ke ruang-ruang kehidupan terdalam di masyarakat Indonesia. Bahkan sampai ke kehidupan bertetanggapun banyak yang akhirnya terpecah hanya karena ujaran kebencian. Hal ini tidaklah diinginkan terjadi oleh warga Pedukuhan Pelemsewu.

Masih dalam suasana Hari Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia, warga Pedukuhan Pelemsewu menyelenggarakan merti dusun. Ada dua tema yang diangkat oleh warga. Yang pertama adalah Srawung Sewu Sedulur. Warga mencoba memaknai nama Pelemsewu dengan lebih mendalam. Warga ingin menafsirkan nama pedukuhannya menjadi pesan perdamaian. Karena bangsa ini tidak dibangun di atas kebencian. Bangsa ini dibangun diatas persatuan melebihi segalanya. Oleh karena itu negara ini bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan salah satu pilarnya yaitu kebhinekaan.

Dalam merayakan persaudaraan dan kebhinekaan tersebut, warga Pelemsewu dalam merti dusun Srawung Sewu Sedulur, mengawali kegiatan dengan kirab budaya. Ratusan warga Pelemsewu mulai dari para orang tua, muda-mudi hingga anak-anak baik lelaki maupun perempuan tumpah ruah di jalan untuk merayakan persaudaraan tersebut. Mereka merayakan kebhinekaannya pada Sabtu (8/9/2018). Dalam kirab budaya tersebut, ada tema kedua yang diangkat oleh warga Pedukuhan Pelemsewu yaitu Lurah Desa Panggungharjo yang pertama. Dalam sejarah tercatat bahwa salah satu lurah desa yang pernah menjabat di Desa Panggungharjo berasal dari Pelemsewu yaitu Hardjo Sumarto. Tentu hal tersebut menjadi kebanggaan sendiri untuk warga Pedukuhan Pelemsewu. Pesannya jelas, pemimpin harus dekat dengan rakyat. Pemimpin yang dekat dengan rakyat akan selalu diingat oleh rakyatnya. Sama seperti lurah desa yang selalu ada di hati masyarakat Pedukuhan Pelemsewu ini.

Satu hari sebelum kirab budaya dimulai, warga Pedukuhan Pelemsewu terlebih dahulu menggelar tahlil pada sore harinya dilanjutkan dengan doa bersama dan macapatan pada malam harinya di titik penyelenggaraan merti dusun tersebut. Warga Pedukuhan Pelemsewu mendoakan bangsa Indonesia agar tetap bersatu dan penuh perdamaian, hal ini sesuai dengan tema yang diangkat pada merti dusun yaitu Srawung Sewu Sedulur. Semoga dari peristiwa kecil di sebuah pedukuhan kecil di Desa Panggungharjo ini, didengar oleh kepemimpinan daerah dan nasional bahwa kita senantiasa mengedepankan persatuan rakyat daripada sekedar pertarungan kekuasaan dengan memanfaatkan ujaran-ujaran kebencian. Sabtu (8/9/2018) malamnya merti dusun ditutup dengan pentas seni masyarakat dan pagelaran wayang kulit oleh Ki Seno Nugroho. (Setowijaya)

Tentang setawijaya

Warga Biasa

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X