Tokoh

Seni “Meracik” Desa Ala Sarjana Farmasi (Bagian III)

pada

Sambungan Seni “Meracik” Desa Ala Sarjana Farmasi (Bagian II)

Baca juga : Seni “Meracik” Desa Ala Sarjana Farmasi (Bagian I)

Memberi Teladan

Di awal jabatannya Wahyudi mengalami banyak hambatan. Baik yang berasal dari kalangan perangkat desa maupun warga yang tidak puas atas terpilihnya dia sebagai kepala desa.

Akibatnya, program-program yang ia buat banyak yang terlantar dan diabaikan. Tidak putus asa, ia mencoba membangun kesadaran bersama dengan berusaha menjadikan dirinya sendiri sebagai teladan bagi masyarakat.

Sebagian kegiatan dan tugas ia lakukan sendiri. “Di awal jabatan saya masih sempat membersihkan toilet. Lalu membuka dan menutup pintu kantor setiap hari sendiri,” tutur Wahyudi.

Semua itu dia lakukan tidak lepas dari harapan untuk membangun kesadaran kolektif, baik bagi warga maupun perangkat desa dan meniadakan konflik yang ada.

Usahanya tidak sia-sia, lambat-laun kesadaran kolektif mulai terbangun. Partisipasi meningkat, program-program desa mulai berjalan dan konflik pun sudah tidak dirasakan lagi. Sampai tahun 2014, Desa Panggungharjo dan kepala desanya menerima penghargaan dari Kementerian Dalam Negeri sebagai desa terbaik dalam delapan aspek penilaian.

Penghargaan tersebut meliputi pemerintahan, tingkat kesehatan, keamanan, kesejahteraan, ketertiban, partisipasi warga, peran perempuan, dan kelembagaan desa. Mulanya di tingkat daerah, kemudian melesat menjadi jawara di tingkat nasional.

Bagi Wahyudi penghargaan itu sekadar momentum peningkatan partisipasi, kesadaran bersama dan kepercayaan warga desa. Lebih lanjut, ia juga tercatat berhasil menyelesaikan masalah birokrasi desa yang dinilai berbelit dan koruptif.

Kesuksesan dalam mengurus birokrasi didukung dengan adanya lembaga-lembaga desa seperti Badan Usaha Milik Desa, pos-pos pelayanan bantuan hukum dan HAM, pos pelayanan bantuan kesehatan, dan sebagainya. Hal ini bertujuan untuk melindungi masyarakat yang rentan secara ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan ketahanan pangan.

“Menurut saya, daripada pembangunan infrastruktur, masyarakat lebih butuh dan menginginkan pemenuhan hak-hak dasar,” jelasnya.

Berfokus pada hak-hak dasar kehidupan masyarakat, Desa Panggungharjo melakukan inovasi-inovasi untuk memenuhi hak-hak tersebut. Inovasi-inovasi itu antara lain bekerja sama dengan Kantor Arsip Kabupaten Bantul, di bidang pendidikan mengadakan Kartu Pintar dan Pembayaran Uang SPP dengan Sampah.

Sementara itu, inovasi di bidang kesehatan dengan adanya program Kartu KIA, bekerja sama dengan asuransi Bumiputera dan pengadaan Ambulan Desa. Inovasi-inovasi tersebut telah ia jalankan sebelum munculnya Kartu Indonesia Pintar di awal kepemimpinan Jokowi.

Wahyudi juga mengingatkan bahwa keberhasilan pemerintah itu berbanding lurus dengan tingkat kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, Wahyudi bertekad untuk terus menjadi teladan dan pelopor kepercayaan warga terhadap pemerintah desa.

“Harapannya program-program desa akan berjalan dan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat terpenuhi,” pungkasnya. (Thovan)

Sumber: Artikel tahun 2018 kagama.co

Tentang Fajar Budi Aji

Hanya seorang yang beranjak tua dan terus mencoba untuk lebih dewasa tanpa menghilangkan rasa kekanak-kanakannya. "Urip Iku Urup" dan "Rasah Wedi Dirasani Karena Hidup Banyak Rasa" Dua motto andalan inilah yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga

1 Komentar

  1. Pingback: Seni “Meracik” Desa Ala Sarjana Farmasi (Bagian III) – PEMERINTAH DESA PANGGUNGHARJO

  2. Pingback: Seni “Meracik” Desa Ala Sarjana Farmasi (Bagian II) - Panggungharjo

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X