Potensi

Makna Tradisi Nyekar Saat Lebaran

pada

Dongkelan (OkeZone.com) – Momen lebaran di beberapa wilayah biasanya diikuti dengan tradisi nyekar atau berziarah ke makam anggota keluarga yang telah meninggal dunia. Tradisi nyekar sendiri dijadikan momen penyebaran budaya oleh Imah (50), pemilik lapak kembang setaman di Perempatan Dongkelan – Ring Road Selatan, Panggungharjo, Sewon, Bantul.

Imah mulai membuka lapaknya setelah usai salat Ied di Masjid Al-Hidayah Dongkelan, tepatnya pukul 07.30 WIB, Rabu (5/6/2019). Terpal biru masih menutupi warungnya, namun puluhan pelanggan sudah mengantre panjang.

“Saya enggak ada jeda dari setengah delapan tadi, ini enggak akan habis pembelinya sampai nanti siang,” kata Imah, sembari menyusun kembang setaman di dalam setangkup daun pisang.

Ramainya antrean pembeli dimanfaatkan Imah untuk menyebarkan sejarah kumpulan lapak kembang dan makna kembang setaman. Kepada setiap pembeli dengan wajah baru, Imah menganggap mereka pemudik dari luar DIY. Imah juga bisa mengenali dari logat bicara mereka.

“Tiap ada yang datang saya beritahu bahwa kumpulan lapak kembang atau bunga tabur di sini sudah ada sejak 1980-an. Setelah itu saya kasih tau makna-makna bunganya, kenapa buat ziarah harus lengkap ada mawar, melati, kantil dan kenanga,” kata Imah.

Kepada Harian Jogja, Imah menjelaskan makna dari kembang setaman. Lebih tepatnya, setiap bunga memiliki pesan yang disampaikan. Bunga kantil berarti kesuksesan lahir batin akan didapatkan dengan memanjatkan doa dan menghayati nilai-nilai luhur yang diajarkan leluhur mereka.

Bunga melati menyampaikan pesan ketulusan dalam melakukan segala hal, termasuk saat berziarah ke makam anggota keluarga yang telah tiada. Bunga mawar menyampaikan pesan agar tidak merasa memiliki segalanya di dunia ini, artinya harus mengikhlaskan kepergian orang yang dicintai kembali di sisi-Nya. Bunga kenanga memiliki pesan agar mencontoh segala tingkah laku baik dari leluhur.

Penjelasan Imah tentang kembang setaman memang membuat antrean pembeli semakin mengular, akan tetapi Imah tidak was-was, justru itu yang menjadi daya tarik lapaknya. Bahkan jika hari biasa, lapaknya sering dikunjungi wisatawan mancanegara yang ingin mengenal budaya ziarah kubur di Yogyakarta.

Lebaran kali ini lapaknya kebanjiran ratusan pembeli. Selain karena edukasi yang Imah berikan, harga bunga yang ditawarkan cukup murah. Mulai dari Rp 7.000 hingga Rp 25.000 tergantung ukuran wadahnya. (fid)

 

Sumber: Artikel tahun 2019 news.okezone.com

Tentang Fajar Budi Aji

Hanya seorang yang beranjak tua dan terus mencoba untuk lebih dewasa tanpa menghilangkan rasa kekanak-kanakannya. "Urip Iku Urup" dan "Rasah Wedi Dirasani Karena Hidup Banyak Rasa" Dua motto andalan inilah yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X