Badan Usaha

Kelompok Marjinal Turut Berperan di Balik Suksesnya BUMDes di Panggungharjo

pada

Panggungharjo (Tribunjogja.com) – Memiliki BUMDes yang berkembang begitu pesat, Desa Panggungharjo melibatkan masyarakat kelompok marjinal yang ada di lingkungan tersebut. Lurah Desa Panggungharjo, Wahyudi Anggoro Hadi mengatakan kelompok marjinal tersebut antara lain penyandang disabilitas, pemuda putus sekolah, lansia, dan perempuan kepala rumah tangga.

“Untuk ketenagakerjaan, dari 80 naker melibatkan 95 persen warga Panggungharjo dari kelompok marjinal. Mereka kelompok masyarakat yang tidak lagi dapat diserap, kami bisa serap,” tuturnya pada Tribunjogja.com.

“Menjadi kewajiban kami untuk menampung mereka,” sambungnya.

Hal tersebut berkaitan dengan tujuan untuk menyejahterakan masyarakat melalui BUMDes. Penyerapan dilakukan pada lima unit usaha milik BUMDes Panggungharjo. Kelima unit tersebut yakni jasa pengelolaan sampah, jasa pengelolaan barang bekas, pengelolaan minyak jelantah, swalayan desa, dan Kampoeng Mataraman.

“Salah satunya sudah dalam wujud perseroan bekerjasama dengan satu di antara perusahaan dan koperasi. Itu agar warga bisa turut mengelola dan langsung terlibat,” jelasnya, Rabu (12/9/2018) lalu.

Warga juga dapat memantau perkembangan BUMDes melalui aplikasi.

“Melalui sistem aplikasi pengelolaan BUMDes, warga desa berkesempatan untuk tahu perkembangan BUMDes,” jelasnya.

Sebuah pencapaian besar bagi BUMDes Panggungharjo, pendapatan hingga September ini pun mencapai Rp 3 miliar. Perkembangan tersebut sangat signifikan dari tahun lalu.

“Di 2017 selama satu tahun mencapai Rp 2,1 miliar. Tahun ini baru delapan bulan bisa mencapai Rp 3 miliar,” jelasnya. Dibukanya unit usaha baru menjadi satu di antara faktor meningkatnya pendapatan BUMDes ini.

“Satu di antaranya Kampoeng Mataraman ini. Saat enam bulan pertama dibuka pendapatannya sekitar Rp 890 juta,” jelasnya.

Faktor lain yang juga berpengaruh pada pesatnya perkembangan BUMDes ini yakni kemampuan untuk memahami level BUMDes.

“Harus memahami BUMDes ini ada di mana. Jika berkaca pada siklus bisnis biasanya ada tahapan mulai, tumbuh, dan dewasa,” paparnya.

“Diidentifikasi, kita berada pada level mana. Karena dimensi permasalahan juga berbeda-beda. Pendekatannya tergantung dengan masalah yang dihadapi,” kata dia.

Menjadi kunci yakni jiwa enterpreneur yang besar agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi.

“Apa yang dibutuhkan saat ini adalah bagaimana untuk mengelola jiwa enterpreneur,” tutupnya. (amg)

Sumber: Artikel tahun 2018 tribunnews.com

Tentang Fajar Budi Aji

Hanya seorang yang beranjak tua dan terus mencoba untuk lebih dewasa tanpa menghilangkan rasa kekanak-kanakannya. "Urip Iku Urup" dan "Rasah Wedi Dirasani Karena Hidup Banyak Rasa" Dua motto andalan inilah yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X