Inovasi

Jalan Panjang Pembangunan Desa Panggungharjo

pada

“Pada peringatan Hari Kemerdekaan RI 2014 merupakan hari tak terlupakan bagi Desa Panggungharjo, DIY.”

Panggungharjo (DesaMembangun.go.id) – Pasalnya, saat itu Desa Panggungharjo berhasil menjuarai lomba desa tingkat nasional dan mampu mengalahkan sekitar 72.000 desa lainnya di Indonesia.

Jika ditelisik lebih dalam, jelas hal itu merupakan prestasi yang membanggakan. Terlebih, belum genap 6 tahun kepemimpinan baru berjalan, Desa Panggungharjo mampu menorehkan sejumlah prestasi. Jauh sebelum meraih juara pertama desa di tingkat nasional, Desa Panggungharjo juga berhasil menyabet prestasi juara pertama lomba Bina Keluarga Balita (BKB) tingkat nasional pada 2013.

Di tingkat lokal pun Desa Panggungharjo berhasil menorehkan sejumlah prestasi, yaitu juara pertama lomba desa terbaik tingkat DIY, juara pertama UP2K PKK tingkat DIY tahun 2013, juara pertama lomba Hatinya PKK tingkat Bantul 2013 dan menjadi proyek percontohan Desa Ramah Anak Tahun 2013 oleh BPPM DIY. Bahkan, salah satu dusun di Desa Panggungharjo ikut unjuk gigi di ajang lomba film dokumenter dan menjadi salah satu nominator penerima Eagle Award tahun 2014.

Tiga Mantra Pembangunan Desa

Adalah Wahyudi Anggoro Hadi, S. Farm, Apt, sosok yang membuat Desa Panggungharjo mampu berkiprah di panggung lokal maupun nasional. Belum genap 6 tahun memimpin, Wahyudi Anggoro Hadi berhasil membuat sejumlah terobosan di Desa Panggungharjo. Bahkan, hingga saat ini, sudah ratusan desa di Indonesia yang melakukan studi banding ke Desa Panggungharjo. Pertanyaannya, langkah-langkah strategis apakah yang ia lakukan hingga Desa Panggungharjo berhasil menjadi desa yang berprestasi dan inspiratif?

Memang, berbicara prestasi, jelas hal itu tak dicapai begitu saja. Ada beberapa langkah yang mesti ditempuh. Dalam obrolan sepanjang perjalanan di mobil, Wahyudi Anggoro Hadi justru berbalik tanya, “Berapa kali Anda datang ke kantor desa?” Ia bertanya sembari mengemudikan mobilnya menuju kediaman salah satu Dosen Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa APMD yang diminta mengerjakan analisis jabatan perangkat Desa Panggungharjo. “Jika tidak butuh pasti tidak datang, iya kan?” imbuhnya. Maka dari itu, menurutnya, hal itulah yang mendasari betapa pentingnya membangun pola hubungan baru antara pemerintah desa dengan warga desa.

Ia menjelaskan, selama ini hubungan antara pemerintah desa dengan warga desa hanya sebatas hubungan administratif. Misalnya, warga desa berhubungan dengan pemerintah desa hanya saat pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), surat pengantar nikah, pembuatan akta kelahiran, surat kematian dan lain sebagainya. “Seakan tidak ada alasan bagi warga desa untuk berhubungan dengan pemerintah desa,” ujarnya.

Ia menjelaskan, dengan adanya pola hubungan baru antara pemerintah desa dengan warga desa, konsekuensi logisnya adalah menyesuaikan tata kelembagaan pemerintah desa. “Penyesuaian tata kelembagaan pemerintah desa itu penting karena tata kelembagaan lama sudah tidak kompatibel (sesuai) dengan pola hubungan baru,” imbuhnya.

Apabila penyesuaian tata kelembagaan pemerintah desa sudah dilakukan, langkah selanjutnya adalah membangun kultur organisasi baru. “Membangun kultur organisasi baru itu maksudnya jika dulu pelayanan publik sebatas administratif, maka pelayanan publik harus lebih luas. Pelayanan publik itu kan tidak hanya pelayanan administratif, tapi pelayanan publik mencakup pelayanan barang dan jasa publik,” tuturnya.

Demikian tiga langkah strategis yang dilakukan oleh Wahyudi Anggoro Hadi, S. Apt., Farm., dalam memimpin Desa Panggungharjo hingga menuai sejumlah prestasi yang membanggakan. Ia menambahkan, pembangunan kultur baru organisasi tersebut sangat ditentukan oleh kapasitas politik dan kepemimpinan. “Kenapa reformasi birokrasi itu sudah lama didengungkan tapi saat ini tidak ada hasil yang signifikan? Itu karena sangat ditentukan kapasitas politik dan kepemimpinan. Contohnya, Surabaya dan Bandung, reformasi birokrasi berhasil karena kapasitas politik dan kepemimpinan Risma dan Ridwan Kamil sangat kuat,” jelasnya.

Terkait kapasitas politik dan kepemimpinan, ia menjelaskan, hal itu sangat ditentukan oleh proses politik. Yakni, apabila proses politiknya baik maka kepemimpinannya akan baik pula dan sebaliknya. “Misalnya, hal yang dibutuhkan masyarakat adalah pelayanan kebutuhan dasar. Tapi karena ia tidak bisa mengambil keuntungan dalam pelayanan kebutuhan dasar akhirnya pembangunan fisik/infrastruktur yang dilakukan agar bisa mengambil keuntungan. Semacam imbal balik dari biaya yang telah dikeluarkan dalam proses politik,” ujarnya.

Tak Ada Hambatan

Dalam meraih semua prestasi tersebut, tentu tidak sedikit hambatan atau tantangan yang ditemui Desa Panggungharjo. Tapi, saat dikonfirmasi mengenai hambatan atau tantangan yang ditemui saat memimpin Desa Panggungharjo, Wahyudi Anggoro Hadi justru punya jawaban lain. “Berbicara tantangan, sebenarnya tidak ada tantangan jika semua itu diletakkan pada kerangka rekayasa sosial. Sebab, apapun kondisinya dan betapapun buruknya kondisi di desa, hal itulah yang mesti diterima dan dihadapi,” jelasnya.

Ia menjelaskan kondisi awal yang ditemui saat pertama kali memimpin Desa Panggungharjo adalah perangkat desa yang bekerja dengan kebiasaan lama. “Seakan tak ada kesadaran dari perangkat desa bahwa pekerjaan yang selama ini dilakukan itu keliru,” ujarnya.

Dalam mengelola tantangan tersebut, ia menjelaskan tantangan itu semakin hari semakin besar sampai pada puncaknya nanti akan mengalami klimaks. Maka, pada saat klimaks dan tantangan mulai menurun, ada langkah yang mesti ditempuh agar tantangan tersebut tidak kembali lagi.

“Dalam mengelola tantangan, langkah strategis yang harus dilakukan adalah pembangunan sistem. Keteladanan menjadi dasarnya dan sistem itu tidak sebatas aturan. Ada atmosfer kerja yang harus dibangun. Maka, tata letak ruang kerja menjadi penting diperhatikan, misalnya. Ruang pelayanan Desa Panggungharjo dibuat satu pintu. Hal itu dimaksudkan agar jelas keluar-masuknya seseorang. Meskipun hal itu sudah dilakukan, masih saja ada oknum perangkat desa yang curi-curi waktu untuk meninggalkan ruang kerja saat masih dalam jam kerja,” jelasnya sembari mengerjakan analisis jabatan perangkat desanya, Minggu (22/11/2015) di rumahnya.

Untuk itu, Wahyudi Anggoro Hadi tak kehabisan cara. Ia terus melakukan reformasi birokrasi pemerintah desa demi tercapainya pelayanan publik yang baik. Saat ini, ia sedang menggarap analisis jabatan perangkat desanya. Analisis jabatan tersebut dimaksudkan agar perangkat desa memahami tugas pokok dan fungsinya. Selain itu, hasil analisis jabatan tersebut digunakan sebagai pijakan dalam penilaian kinerja perangkat desa dan pengambilan kebijakan pemberian hadiah dan hukuman (reward and punishment) perangkat desa. Itu semua dimaksudkan agar terselenggara pemerintahan yang bersih, transparan dan bertanggung jawab untuk mewujudkan masyarakat Panggungharjo yang demokratis, mandiri, sejahtera serta berkesadaran lingkungan. (FA)

Sumber : Artikel tahun 2016 desamembangun.go.id

Tentang Fajar Budi Aji

Hanya seorang yang beranjak tua dan terus mencoba untuk lebih dewasa tanpa menghilangkan rasa kekanak-kanakannya. "Urip Iku Urup" dan "Rasah Wedi Dirasani Karena Hidup Banyak Rasa" Dua motto andalan inilah yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X